Home » Film » Review » Sekuel Train to Busan Peninsula Dianggap Kurang Menggugah Perasaan

Sekuel Train to Busan Peninsula Dianggap Kurang Menggugah Perasaan

Ikuti kita di Google News. Donasi mulai dari Rp2.500 di sini

Terakhir diperbarui pada 21/07/2020 oleh Timotius Ari

Diskusi panas terjadi lima hari setelah penayangan perdana Peninsula di Korea Selatan pada 15 Juli kemarin. Film Korea itu merupakan sekuel dari Train to Busan yang sempat menjadi hits di box office Korea Selatan. Banyak penonton yang memuji grafis komputer film baru itu yang luar biasa dan adegan-adegan aksinya yang kuat. Mereka menganggap film itu sebagai salah satu film zombie terbaik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tapi mereka juga tidak bisa mengabaikan jika film pertama lebih baik dan lebih kuat secara emosional. Sekalipun Peninsula memiliki kualitas yang lebih tinggi dalam setiap aspek dibandingkan film pertama, tapi film ini dianggap kekurangan emosi dan para penonton kesulitan terhubung dengan ceritanya.

Galeri Video

Peninsula mengisahkan tentang kehidupan dunia empat tahun setelah kiamat zombie yang terjadi dalam Train to Busan. Jung Seok (diperankan Kang Dong Won), seorang mantan prajurit yang berhasil melarikan diri ke luar negeri, diperintahkan menjalani misi yang tidak bisa ditolak. Jung diminta kembali ke Semenanjung Korea dan mengantarkan truk berisi uang dengan aman. Sekalipun dilengkapi dengan tim bersenjata, Jung Seok mengalami kesulitan saat seorang anggota the Army Unit 631 berubah menjadi zombie dan bekerja sama dengan para zombie lain untuk mengepungnya. Selama serangan gila dan liar itu, Min Jung dan keluarganya yang selamat dari kiamat, dengan cepat menolongnya keluar. Bersama, mereka berusaha menyelamatkan diri dan berlomba melawan waktu untuk melarikan diri dari Semenanjung yang hancur itu.

Karena film itu adalah sekuel dari film pemenang penghargaan Train to Busan, tim produksi ingin film tersebut mampu menyamai kesuksesan pendahulunya.  Dari pencahayaan hingga desain set dan adegan aksi, terlihat jelas jika Peninsula memiliki anggaran yang besar dan sumber daya yang mumpuni untuk mengembangkan film itu dengan segala cara yang mereka mampu. Tapi, fokus film itu terhadap kegigihan para tokohnya justru gagal menggugah emosi dan empati para penonton. Hal ini berbeda dengan Train to Busan yang tema utamanya adalah kemanusiaan. 

Dalam film pertama, para karakter utama bekerja sama untuk bertahan hidup sekalipun mereka tidak saling mengenal. Cerita itu mendorong para penonton memikirkan arti kemanusiaan di tengah kerakusan dan pengorbanan. Tapi, tema ini tidak ada dalam film keduanya. Malahan, Peninsula mengisahkan soal uang dan keinginan untuk hidup yang lebih baik. Walau para penonton memahami alasan dibalik keinginan itu, mereka masih merasa jika hal ini mengecewakan karena terasa terlalu materialistik dan kurang manusiawi. 

Sumber: Yahoo News.

Dibaca 146 kali, 1 kunjungan hari ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top