Terakhir diperbarui pada 19/03/2024 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com—Drama China Kau Hangatkanku (Angels Fall Sometimes) mengangkat sebuah tema yang belum pernah diangkat drama yang lain yaitu penyakit ALS. Drama itu mengisahkan tentang pasangan muda Lin Tuo (diperankan oleh Lin Yi) dan An Zhique (diperankan oleh Li Landi) yang rencana masa depan mereka terganggu saat Lin Tuo terdiagnosis ALS.
Produser drama itu, Teng Zhenzi membahas beragam fakta menarik di balik pembuatan drama tersebut dengan media Beijing News. Dia mengungkapkan jika tema ALS merupakan tema yang sulit untuk dibahas dan kurang populer. Tapi dia ingin membuat sebuah drama yang menawarkan nilai kehidupan kepada para penonton.
“Bagi masyarakat China, membicarakan kehidupan dan kematian adalah hal yang tabu. Sedikit drama atau film yang mengangkat penyakit ini karena mereka takut jika para penonton tidak kuat melihat kisah yang terlalu sedih dan berhenti menontonnya,” ujar Teng.
Tapi dia berpikir kenapa mereka tidak mencoba sebuah terobosan dan tidak melulu membahas topik yang populer. Dia kemudian tertarik mengangkat tentang penyakit itu dan mendorong para penonton berpikir soal kehidupan lebih dalam lagi. Terutama dia ingin menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli pada para penderita ALS.
Penelitian dan wawancara
Tim drama melakukan riset terhadap penyakit tersebut selama satu setengah tahun. Mereka mewawancarai para penderita ALS untuk mendalami mentalitas mereka. Mereka juga membaca berbagai kasus ALS di dunia dan kehidupan keluarga para penderita.
“Dalam kelompok pasien ALS, saya melihat bagaimana semua orang saling menyemangati dan menolong satu sama lain. Kemudian seorang pemimpin ditambahkan dalam kelompok ini. Dia adalah Cai Lei, mantan wakil presiden JD.com,” terang Teng.
Kasus Cai Lei cukup unik dan berbeda. Seorang diri, Cai Lei menggalang dana, mencari para ahli, menggunakan internet untuk membangun platform data besar untuk para pasien. Dia juga menggerakkan penelitian berbasis ilmiah tentang sampel patologi, bank gen, uji coba pra klinik, penemuan obat dan lain-lain.
Dengan sumber daya uang dan jaringan yang dia miliki, Cai Lei berusaha untuk menggalang dana masyarakat, memperpendek siklus penelitian dan pengembangan obat baru. Tim penulis naskah drama kemudian menghubungi dan mewawancarainya. Sosok Cai Lei adalah sosok yang kemudian menjadi inspirasi dari beberapa karakter dalam drama.
Tidak hanya itu, mereka juga mengundang profesor Peking University Third Hospital, Fan Dongsheng. Dia adalah seorang ahli saraf dan diundang menjadi konsultan naskah. Tidak hanya itu, Fan Dongsheng juga diminta menjadi bintang tamu, memerankan seorang dokter dalam drama.
Awalnya tim drama takut jika sang dokter akan menolak. Tapi Profesor Fan berkata jika ini adalah kesempatan terbaik untuk membahas ALS yang telah dia teliti seumur hidupnya. Dia memerankan dokter Zhou Fumeng dalam drama. Dia kemudian mengajari Lin Yi sedikit demi sedikit tentang seperti apa rasanya menjadi pasien ALS. Bagaimana mereka hidup, berjalan, bicara. Tentu saja hal-hal ini sangat menolong.
Pendekatan realisme
Teng tidak ingin memakai pendekatan yang umum digunakan untuk drama dengan tema umum yang sama. Biasanya drama yang membahas tentang penyakit dan kematian selalu menonjolkan adegan yang menguras air mata, kepahitan, dan sensasionalisme. Dia tidak ingin memakai pendekatan ini. Tapi di sisi lain, dia tidak ingin memakai gaya drama idol juga.
“Kami hanya ingin membuat sebuah cerita yang sangat realistis dan spesial tentang kehidupan, seolah orang-orang dalam drama adalah orang-orang biasa yang kita jumpai di sekitar kita. Oleh karena itu, drama kami memposisikan sebagai realisme dari sejak awal. Oleh karena itu, kami memiliki pemeran utama seperti Lin Yi dan Li Landi, dua aktor muda yang lahir pada 1999, untuk memerankan pasangan muda yang baru saja lulus dan memasuki masyarakat untuk pertama kali. Kisah drama ini adalah tentang menghadapi masalah hidup. Kami ingin menunjukkan saat sang protagonis menghadapi situasi yang mendesak, dia tidak memilih untuk putus asa atau depresi, tapi selalu bertahan dan bertumbuh menjadi orang dengan keberanian yang besar dan penuh energi positif menghadapi tantangan,” terangnya.
Penciptaan karakter
Lin Tuo bisa dikatakan sebagai karakter yang berbeda dari karakter utama pria pada umumnya. Secara umum, karakter utama pria biasanya dikisahkan menaiki jenjang yang lebih tinggi seiring berjalannya cerita dalam drama. Tapi Lin Tuo mengalami hal yang sebaliknya. Masa depan yang cerah yang dia impikan kandas saat dia didiagnosis dengan ALS.
Tim drama ingin memilih aktor yang muda untuk peran itu. Mereka ingin membuat kontras antara penderitaan yang dialami pasien dengan kemudaan dan keindahan sang aktor. Jika tidak, tim drama takut jika para penonton tidak mampu menonton drama itu. Selain itu, tim drama ingin seorang aktor yang berani menampilkan sisi mereka yang riil. “Lin Yi memberikan saya kesan jika dia tidak memiliki beban atau harapan seorang idol populer. Dia begitu alami dan nyata, seperti pemuda tetangga kita, kalian bisa akur dengannya. Tidak ada beban. Di sinilah dia terlihat sangat mirip dengan Lin Tuo,” terang Teng.
Sedangkan karakter An Zhique butuh waktu lebih lama dalam penciptaannya. Tim drama berpikir gadis muda seperti apa dalam masyarakat saat ini yang bisa menanggung masalah sebesar ini?
Bagaimana membuat karakter wanita muda yang tidak hanya bisa beresonansi dengan para penonton tapi juga memiliki nilai-nilai yang umum dilihat pada masyarakat. Jika tidak ditulis dengan baik, karakter ini bisa terkesan palsu dan sulit dipercaya.
Dalam penggodokan naskah, akhirnya mereka menciptakan latar belakang An Zhique yang bertolak belakang dengan Lin Tuo. Keluarganya adalah keluarga single parent, tapi dia bersikap bebas dan tidak memiliki impian. Dia hanya ingin menikmati hidup. Lin Tuo adalah sosok yang menghidupkan dirinya.
Saat mengetahui kekasihnya sakit, perkataan-perkataan An Zhique ditulis sangat realistis dan alami. Misalnya wanita itu berkata pada Lin Tuo jika suatu hari dia mungkin tidak bisa bertahan lagi di sisi pria itu dan melarikan diri.
Jika hari itu tiba, dia meminta Lin Tuo tidak menyalahkan dirinya. Dialog ini muncul dari pengalaman penulis naskah Cheng Maomao dan saudaranya Cheng Mengyan. Saat penulisan naskah, ayah mereka meninggal dunia. Mao mao berkata jika drama itu adalah hadiah dari sang ayah dari surga.
An Zhique berasal dari keluarga single parent yang miskin. Mereka bekerja di pasar basah. Ayahnya memiliki kesehatan yang buruk dan status sosial yang rendah. Inilah yang membuat An Zhique sangat tangguh. Dia dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Li Landi secara sekilas terlihat seperti wanita yang imut. Tapi ada tekad dan keberanian pada matanya.
“Selain itu, saya telah menonton wawancara yang dia lakukan sebelumnya, dan dia memiliki pemahaman makna kehidupan yang cukup kuat. Dia memiliki kesegaran di dalam dirinya. Karakternya cocok dengan karakter yang kami butuhkan dalam drama,” ujar Teng.