Terakhir diperbarui pada 01/02/2025 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com— Film fantasi epik Tiongkok, Creation of the Gods II: Demon Force, resmi tayang perdana pada hari Kamis di London, Inggris. Film itu tayang di bioskop terbesar di negara itu, BFI IMax di London.Film ini tayang secara luas mulai hari Jumat di Inggris, Irlandia, Belanda, Belgia, dan negara-negara Eropa lainnya.
Diadaptasi dari novel fantasi abad ke-16 Fengshen Yanyi atau The Investiture of the Gods, film ini merupakan bagiankedua dari trilogi Fengshen dan sekuel dari Creation of the Gods I: Kingdom of Storms.
Melanjutkan cerita dari film pertama, Creation of the Gods II: Demon Force beralih ke kota Xiqi. Saat kota tersebut diserang oleh pasukan Shang yang dipimpin oleh pejuang wanita Deng Chanyu, Ji Fa dan Jiang Ziya harus bersatu dengan warga sipil untuk mempertahankan Xiqi.
Kali ini, Yin Jiao, putra tertua Zhou Wang yang dibunuh di film sebelumnya, dihidupkan kembali dengan menarik kekuatan dari Yuanshi Tianzun dan dewa-dewa lainnya di Gunung Kunlun. Dia kembali ke bumi sebagai dewa berkepala tiga dan bersenjata enam dengan tubuh biru dan rambut merah, membantu Ji Fa dalam mempertahankan kota Xiqi dan rakyatnya.
Dalam budaya Tiongkok kuno, Yin Jiao dikenal sebagai Taisaishin, dewa bintang Taisui atau Jupiter. Dia digambarkan dengan kulit biru, rambut merah, dan taring yang mengerikan. “Dengan menampilkan gambar ini dalam film, saya ingin menunjukkan kepada penonton luar negeri bahwa orang Tiongkok bisa sangat imajinatif,” kata sutradara film Wuershan dalam interaksi melalui video dengan penonton London, yang juga dihadiri oleh aktor Kris Phillip, Yosh Yushi, dan anggota pemeran lainnya.
Zhu Yang dari China sependapat, mengatakan bahwa penggambaran visual kepala tiga dan enam lengan Yin Jiao menghidupkan gambaran dewa-dewa Tiongkok dalam benaknya. “Saya sangat terkesan dan bangga melihat betapa imajinatifnya budaya Tiongkok,” ujarnya kepada China Daily.
“Selain itu, saya rasa penggunaan lagu-lagu rakyat dalam film ini sangat mendetail, menunjukkan budaya tradisional China,” tambahnya.
Untuk menciptakan musik rakyat dalam film, komposer melakukan penelitian lapangan di provinsi Shaanxi, Tiongkok Barat Laut, yang merupakan lokasi modern kota Xiqi, untuk mempelajari musik rakyat tradisional lokal dan menggabungkannya ke dalam komposisi.
Adam Morley, pemimpin industri kreatif dan AI (artificial intelligence/ kecerdasan buatan) di Hertfordshire Futures, sebuah organisasi kemitraan yang dipimpin bisnis, membagikan pendapatnya tentang efek visual dalam film. “Saya sangat terkesan dengan perpaduan efek visual, efek khusus, produksi virtual, dan aksi langsung. Desain produksinya sangat indah. Ini adalah film yang sangat besar dan akan menghiasi panggung kami,” terangnya.
Hertfordshire adalah pusat pembuatan film terkenal di Inggris. Beberapa film terkenal, termasuk Harry Potter, difilmkan di sini.
Tervel Valchanov dari Bulgaria juga memberikan komentar tentang gaya visual film ini: “Apa yang saya nikmati adalah model monster seperti Green Goblin yang menggunakan badai petir. Ini jauh lebih mirip dengan monster gaya timur, yang tidak kalian pikirkan saat membayangkan monster dalam konteks barat.”
Film ini dirilis di daratan China pada 29 Januari dan berhasil meraup lebih dari 700 juta yuan (sekitar $97 juta) hanya dalam tiga hari hingga 31 Januari, menurut Maoyan, salah satu platform tiket film terkemuka di Tiongkok.