Bagaimana Para Bintang di China Populerkan Kembali Foto Peel Apart (撕片)

Terakhir diperbarui pada 29/05/2025 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com — Tren fotografi retro kembali menggema di China, terutama berkat para selebriti seperti Esther Yu Shuxin, Ju Jingyi, dan Liu Shishi yang memamerkan hasil foto mereka di media sosial. Salah satu teknik yang kini naik daun adalah foto peel apart (撕片), yaitu teknik foto tarik-tarik dari era 1980-an yang dulunya sudah dianggap kuno. Popularitas selebriti ini memicu minat besar dari kaum muda yang ingin mencoba sensasi foto lawas dengan nuansa vintage yang unik.
Tidak tanggung-tanggung, permintaan yang melonjak membuat harga satu kotak kertas foto peel apart (撕片) kadaluarsa bisa mencapai lebih dari 10.000 yuan (sekitar 21 juta rupiah). Bahkan, di studio-studio khusus, pelanggan rela membayar 400-500 yuan (sekitar 800 ribu – 1 juta rupiah) per lembar untuk mendapatkan hasil foto dengan teknik ini, meskipun kualitasnya tidak selalu memuaskan. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan tren estetika, tetapi juga memicu perdebatan soal nilai hidup modern dan pola konsumsi generasi muda.
Kembali ke Retro Berkat Selebriti
Teknologi fotografi memang terus berkembang, tetapi teknik lama seperti peel apart (撕片) justru kembali menarik perhatian berkat pengaruh selebriti. Setelah para bintang populer mengunggah foto mereka di media sosial, banyak anak muda penasaran dan ingin mencoba pengalaman yang sama. Mereka rela mengantre di studio foto khusus untuk merasakan sensasi memotret dengan cara lawas, tulis World Journal.
Teknik ini menggunakan kamera dan kertas khusus dari era 1980-an yang memerlukan proses manual: setelah dipotret, kertas foto harus ditarik untuk memunculkan gambar, mirip seperti membuka “blind box”. Proses ini menciptakan nuansa antisipasi dan kejutannya sendiri, sekaligus menghasilkan efek visual vintage yang sulit ditiru dengan filter digital biasa.
Kertas Foto Langka, Harga Melambung
Karena produksi kertas foto peel apart (撕片) sudah lama dihentikan—Polaroid berhenti pada 2008, Fujifilm pada 2016—stok yang ada sekarang hanya berasal dari sisa lama atau impor barang bekas. Awalnya, harga satu kotak kertas hanya sekitar 70 yuan, tetapi kini melonjak menjadi 300 yuan per kotak, bahkan mencapai 12.300 yuan di pasar barang second hand. Saking mahalnya, kertas ini dijuluki “Moutai kertas foto”, mengacu pada merek minuman keras mahal di China, sebagai simbol barang mewah yang langka.
Studio Foto dan Konsumen Rela Bayar Mahal
Di studio foto di Hangzhou, seorang pemilik muda bernama Xiaoshu menggunakan kamera Polaroid lama untuk melayani para pelanggan. Meski biaya pemotretan naik tajam dari 200 yuan tahun lalu menjadi 360-400 yuan per foto sekarang, minat anak muda tidak surut. Mereka rela merogoh kocek demi mendapatkan satu foto unik bernilai estetika tinggi, sekaligus merasakan pengalaman manual yang sudah jarang ditemui di era digital.
Efek Filter Alami dan Nuansa Artistik
Salah satu alasan utama popularitas peel apart (撕片) adalah kemampuannya menangkap detail wajah dengan gradasi warna yang lembut dan alami. Hasilnya mirip filter vintage, berbeda dari kamera ponsel yang justru cenderung terlalu tajam sehingga memperlihatkan semua detail, termasuk kekurangan. Dengan peel apart, hasil foto terlihat lebih halus, membuat siapa pun tampak menarik di depan kamera. Karena itu, teknik ini juga dijuluki sebagai “alat pencari bakat kecantikan”.
Tantangan dan Risiko
Namun, menggunakan kertas foto kadaluarsa tidaklah tanpa risiko. Kualitas hasil akhir tidak selalu terjamin, dan kesalahan kecil dalam menarik kertas bisa langsung merusak foto. Hal ini tentu menjadi kerugian bagi studio maupun pelanggan. Beberapa studio bahkan mulai berhenti menawarkan layanan peel apart karena biaya operasional yang tinggi dan risiko kerugian besar.
Selain masalah teknis, fenomena ini juga memunculkan kritik sosial. Banyak yang menilai tren ini sebagai hype berlebihan dengan harga tak masuk akal, sementara hasil foto tidak selalu sebanding dengan ekspektasi. Apalagi, hasil foto para selebriti biasanya sudah melalui proses makeup, pencahayaan, dan penyuntingan profesional, membuat hasil konsumen biasa terasa kurang memuaskan.
Kesimpulan
Fenomena peel apart (撕片) di China mencerminkan bagaimana generasi muda mencari pengalaman baru sekaligus nostalgia di tengah serbuan teknologi digital. Ini juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh selebriti dalam mendorong pasar hingga menciptakan kelangkaan dan lonjakan harga. Meski begitu, tren ini memunculkan kesadaran baru di kalangan publik untuk lebih hati-hati agar tidak terbawa arus hype berlebihan dan tetap melindungi hak-hak konsumen.