Terakhir diperbarui pada 26/06/2022 oleh Timotius Ari
LayarHijau-–Sebelum bintang Hong Kong Rachel Lee, 56, memenangkan penghargaan Best Actress pada 1999 Golden Horse Awards untuk perannya sebagai seorang aktivis dalam film Ordinary Heroes arahan Ann Hui, dia dikenal sebagai salah satu simbol panas di era 1990-an.
Saat itu dia dikenal dengan nama Loletta Lee. Dia memulai karirnya di industri hiburan pada usia 17 tahun saat memerankan gadis manis yang cantik dalam film-film seperti Happy Ghost dan All’s Well, Ends Well.
[taxopress_relatedposts id=”1″]
Tapi pada 1993 dia merubahnya sebagai gadis tetangga dengan membintangi film Kategori III alias film panas berjudul Crazy Love.
Dalam episode ViuTV talk show My Theatre, Rachel mengungkap jika dia membuat perubahan drastis itu setelah memperoleh stereotype karena memerankan peran yang sama selama 10 tahun.
“Saat itu, saya dan agensi manajemen saya merasa jika situasi akan tetap stagnan jika saya terus memerankan peran seperti itu. Setelah itu, saya mulai membuat film-film ini, yang saat itu disebut film seni. Lalu mereka menjual keseksian dan kemudaan, dan semuanya sangat alami,” katanya.
Tentu saja hal ini bukanlah sebuah keputusan yang mudah dilakukan. Kuatir jika dia tidak nyaman membuka baju di depan banyak orang di lokasi syuting, para manajernya memintanya melakukan sesi pemotretan seksi supaya dia terbiasa dalam situasi seperti itu dan mempersiapkan mentalnya.
Saat pemandu acara Chan Man bertanya apakah Rachel kuatir jika sang sutradara akan memintanya melakukan adegan intim sungguhan di depan layar, wanita itu terkejut dengan pertanyaan itu. “Hal itu tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Saat itu, hanya melepas baju kami adalah sebuah persoalan besar. Kami bahkan tidak memikirkan tentang hal itu,” katanya.
Risiko yang dia ambil terbayar. Crazy Love sukses di box office, membuat Loletta populer. Dia lalu membintangi Girls Unbutton pada tahun berikutnya dan lalu S’x and Zen 2 pada 1996. Tapi, setelah itu dia menolak tawaran untuk membintangi film yang dalam kategori yang sama.
“Bahkan sekalipun saya tidak syuting adegan seksi, dan hanya adegan biasa, ada orang yang akan suka dan tidak suka. Yang paling penting adalah apa saya bisa menerimanya atau tidak. Setelah membuat tiga film, saya menemukan ada banyak pengulangan, jadi saya memutuskan tidak membuat film seni seperti ini lagi,” katanya.
Sumber: 8days.sg