Terakhir diperbarui pada 06/05/2023 oleh Timotius Ari
Sutradara: Yu Chung Chung | Para pemain: Hu Yitian, Li Yitong, Wang Anyu, Nina Wang, Marcus Li, Xu Le Wei |
Jumlah episode: 38 | Tayang: WeTV |
Sekuel multiverse yang membingungkan
Summary
Kisah cinta dua karakter utama terkesan berlebihan di beberapa sisi tapi masih layak ditonton. Sayangnya dunia di dalam drama diubah sedemikian rupa hingga membuat para penonton kebingungan.
Sinopsis:
Melalui kerja keras dan bakatnya, Wu Bai menjadi pemain bintang termuda dalam kompetisi robot perang nasional. Dia membentuk tim dan masuk ke babak final kompetisi, berbagi panggung dengan Ai Qing – orang yang telah memperkenalkannya pada passion-nya. Keduanya bertekad untuk mempromosikan popularisasi dan aplikasi robot teknologi dengan kelompok generasi muda melalui kompetisi robot, dengan harapan mempercepat pembaharuan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara.
Sebagai pesaing, ketekunan dan bakat luar biasa Wu Bai menarik perhatian Ai Qing, sementara gairah Ai Qing terhadap pekerjaannya, ketekunan dalam mengejar mimpinya, dan taktik yang luar biasa memperoleh penghargaan dari Wu Bai. Keduanya saling mendukung melalui kompetisi dan memimpin tim masing-masing meraih kemenangan.
Review:
Jika ada sebuah multiverse atau dunia paralel dalam drama China, drama Dt.Appledog’s Time ini mungkin merupakan salah satu drama dengan setting multiverse.
Saat awal menonton drama ini, saya sempat beranggapan jika Ai Qing, Wu Bai dan para tokoh lain bermain kompetisi robot sebelum mereka terjun ke dunia CTF. Setelah beberapa episode, mereka kemudian akan beralih ke dunia CTF dan melanjutkan cerita dari drama pertamanya.
Tapi ternyata, drama ini memang mengubah permainan yang dibahas dari CTF ke kompetisi robot. Di satu sisi, keputusan ini masuk akal karena pertarungan antar robot mampu menyajikan kompetisi yang seru untuk dilihat para penonton tanpa perlu memahami dunia itu. Beberapa episode drama ini memang menyajikan keseruan pertarungan robot.
Di sisi lainnya, drama ini mengubah banyak hal. Ada beberapa karakter lama yang hilang seolah tidak ada. Beberapa karakter lain diperankan bintang berbeda dan ada tambahan beberapa karakter baru yang tidak ada dalam drama pertama. Hal ini tentunya sangat disayangkan karena beberapa karakter dan momen penting yang berkesan di hati para penggemar dari drama pertama hilang tanpa penjelasan yang pasti. Tentunya wajar jika ada beberapa penggemar Go Go Squid yang marah dengan hal ini. Saya sejujurnya kecewa dengan pengubahan ini, seolah waktu yang saya habiskan menonton Go Go Squid menjadi sia-sia.
Terlebih, kita tidak bisa memahami Dt.Appledog’s Time sepenuhnya jika kita tidak menonton drama pertama. Tapi setelah kita menonton drama pertama, yang kita jumpai saat menonton drama kedua adalah kebingungan, kemarahan, kekecewaan dan ketidakpastian. Sebagai drama sekuel yang tidak bisa berdiri sendiri, Dt.Appledog’s Time memberikan sebuah dilema bagi para penggemar.
Untungnya, drama ini tidak mengecewakan bagi mereka yang menggemari Hu Yitian dan Li Yitong. Akting mereka berdua dalam drama ini terlihat prima. Chemistry keduanya juga cukup kuat dalam drama itu. Kisah cinta antara Wu Bai dan Ai Qing sekalipun terasa berlebihan di beberapa sisi, adalah kisah cinta yang layak ditonton.
Ai Qing yang dalam drama pertama digambarkan sebagai sosok tomboi, pada drama kedua ini digambarkan secara berbeda. Sementara itu, kita bisa melihat sisi lain dari Wu Bai, yang pada drama pertama digambarkan sebagai sosok introvert. Go Go Squid 2 mampu mengajak para penonton menjelajahi pikiran dan emosi seorang introvert dengan visual yang baik. Salah satu hal yang menyegarkan adalah bagaimana karakter mereka yang berbeda bisa menghasilkan dinamika yang lucu dan romantis.
Ai Qing yang lebih tua dua atau tiga tahun dari Wu Bai sekarang digambarkan sebagai sosok wanita yang dewasa. Hal ini terlihat dari kemampuannya mentoleransi kelemahan Wu Bai sebagai seorang introvert yang kurang ekspresif dan tidak berpengalaman dalam asmara. Tidak ada dialog dan tindakan yang merendahkan muncul dari sosok Ai Qing saat keduanya bersama.
Di sisi lain, kita juga bisa melihat usaha keras Wu Bai untuk mengimbangi kedewasaan Ai Qing. Kadang, cinta pria itu terkesan lebih mirip dengan obsesi dan kadang berlebihan sekaligus menjemukan. Tapi alur cerita drama itu mampu mengendalikan obsesi Wu Bai ke arah yang baik.
Kisah cinta Shen Zhe dan Ai Jing menjadi penyeimbang dan penyegar karena menyuguhkan dinamika hubungan yang berbeda dengan hubungan dua tokoh utamanya. Para anggota K&K dan SP seperti pada drama pertama, hadir untuk memberikan nuansa humor dan keseruan.
Selama proses penulisan review ini, saya merenungkan kira-kira apa yang bisa dilakukan tim produksi drama itu jika mereka bisa diberi kesempatan mengulang dari awal untuk membuat drama ini lebih baik.
Dan kesimpulan saya adalah daripada berusaha ngotot membuat sekuel dengan mengubah keseluruhan dunia di dalamnya sehingga terkesan seperti sebuah multiverse, Dt.Appledog’s Time lebih baik fokus membahas alur cerita paska Go Go Squid. Dengan kata lain, kehidupan Wu Bai dan Ai Qing paska karir mereka di dunia CTF dan membuat cerita yang berbeda dari novelnya. Ada banyak hal yang bisa dijelajahi dengan cara ini tanpa membuat penggemar Go Go Squid marah dan kecewa. Selain itu, hal ini memberikan alasan untuk absennya beberapa karakter lama. Misalnya, Wu Bai dan Ai Qing membentuk divisi khusus kompetisi robot di perusahaan mereka masing-masing. Tentunya hal ini tidaklah masalah jika dilakukan paska karir mereka di dunia CTF seperti yang terlihat dalam Go Go Squid.
Hal ini bisa memberikan alasan kenapa Hang Sangyan dan Tong Nian tidak bisa sering muncul dalam drama. Beberapa karakter lain seperti Solo, Xiaomi dan anggota lama tim Solo juga tidak perlu lagi ditampilkan jika drama itu fokus membahas cerita paska Go Go Squid.
Selain itu, obsesi dan cinta Wu Bai dan Ai Qing yang terlalu berlebihan di beberapa sisi lebih baik diubah dengan penambahan realita yang dialami oleh wanita yang menjalin hubungan asmara dengan pria yang lebih muda. Dengan demikian, para penonton tidak merasa mereka melihat dongeng yang sulit diterima.