Terakhir diperbarui pada 03/01/2024 oleh Timotius Ari
Sutradara: Sha Wei Qi | Tayang: WeTV |
Para pemeran: Tan Jianci, Zhou Ye, Hou Wen Yuan, Yang Xi Zi | Jumlah episode: 33 |
Perpaduan sempurna antara dongeng cinta yang indah dan slices of life
Sinopsis:
Seorang mahasiswa universitas, Gu Sheng memiliki identitas lain – secara online dia adalah “Sheng Sheng Man” yang membuat musik untuk genre sejarah. Meskipun dia masih seorang yang tak dikenal, itu tidak menghentikannya untuk bermimpi suatu hari nanti bisa bekerja sama dengan dubber suara favoritnya, “Qiang Qing Ci.”
Didorong oleh passion-nya, Gu Sheng yang sedang berada di tahun terakhirnya rajin dalam mengkomposisi dan menciptakan musik. Sementara itu, Mo Qing Cheng adalah seorang aktor suara terkenal yang dikenal sebagai “Qiang Qing Ci.” Gu Sheng tidak pernah memberi tahu siapa pun bahwa harapannya yang terbesar adalah bisa bekerja dengan “Qiang Qing Ci,” namun suatu hari, dia secara tak terduga bertemu dengan suaranya. Mo Qing Cheng membacakan resep makanan dengan keras untuknya, yang menggetarkan hatinya.
Review:
Drama Love Me, Love My Voice merupakan salah satu drama percintaan favorit saya tahun ini selain Meet Yourself dan Hidden Love. Mo Bao Fei Bao, penulis yang novelnya diangkat ke dalam drama ini sekaligus penulis naskah drama ini, sekali lagi berhasil membawa para penonton ke dalam dunia profesi yang mungkin kurang dikenali oleh masyarakat umum. Setelah berhasil membuat para penonton jatuh cinta dengan dunia e-sport lewat drama Go Go Squid, kali ini, dia membawa para penonton ke dalam keindahan dunia isi suara (dubbing).
Seperti halnya drama Meet Yourself, Love Me, Love My Voice bisa dikategorikan sebagai drama slices of life yang menonjolkan kisah kehidupan sehari-hari para karakter di dalamnya. Drama model seperti ini cocok sekali dinikmati oleh mereka yang jenuh dengan kehidupan mereka dan ingin sesuatu yang ringan dan menghibur.
Alur cerita drama Love Me, Love My Voice cukup cepat, dalam episode pertama kita sudah diperkenalkan secara singkat dengan para tokoh utama mereka dan dunia mereka. Tidak ada cerita yang aneh-aneh atau konflik tidak masuk akal dalam drama ini, berbeda dengan drama-drama percintaan lainnya. Selain itu, hampir tidak ada karakter jahat dalam drama ini kecuali karakter para netizen julid dan hater yang tidak berwujud.
Akting Tan Jianci dan Zhou Ye dan para karakter pendukung dalam drama ini sangatlah solid. Sulit membayangkan Mo Qingcheng dan Gu Sheng diperankan oleh bintang lain selain Tan Jianci dan Zhou Ye. Keduanya mampu secara menyakinkan membuat dua karakter yang mereka perankan menjadi hidup.
Yang unik dari kisah cinta di antara keduanya adalah karena Mo Bao Fei Bao berhasil memadukan dongeng cinta yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan dengan genre slices of life yang normal dan alami. Unsur dongeng cinta yang terlalu indah itu terletak pada fakta Mo Qingcheng (Tan Jianci), bintang nomor satu dalam dunia isi suara (dubbing) di China ternyata mengejar-ngejar cinta penggemarnya Gu Sheng (Zhou Ye). Sesuatu yang jarang sekali terjadi di dunia nyata. Penggemar mana pun yang mengalami hal yang sama yang dialami oleh Gu Sheng tentunya benar-benar beruntung karena dikejar-kejar cintanya oleh sosok yang diidolakan sejak lama.
Selain itu penggambaran usaha Mo Qingcheng mengejar-ngejar cinta Gu Sheng dan bagaimana wanita muda itu meresponinya bisa dikatakan sebagai perpaduan antara dongeng dan dunia nyata yang begitu indah. Garis antara fantasi dan realita begitu tipis dalam drama ini. Alhasil hati saya berbunga-bunga saat melihat interaksi dan cerita cinta yang dibangun keduanya. Walau dalam otak saya penuh tanda tanya tentang alasan Mo Qingcheng seolah-olah begitu jatuh hati dengan Gu Sheng dari sejak awal. Tentunya jawaban dari pertanyaan ini terungkap, tapi pada beberapa episode akhir dari drama itu.
Mo Qingcheng bisa dikatakan sebagai sosok pria idaman untuk para wanita. Tampan, sopan, rendah hati, sabar dan memiliki kestabilan emosi yang baik. Tidak hanya itu, dia juga rajin bekerja dan pandai memasak. Benar-benar sosok pria green flag. Yang unik, sekalipun kalem dan tidak punya pengalaman dalam hal cinta, tapi caranya mengejar Gu Sheng begitu smooth. Entah siapa yang menjadi guru dari Mo Qingcheng, ha ha ha. Karakter Gu Sheng yang logis dan realistis sekaligus pemalu menambah daya tarik pada cerita. Bila para wanita muda lainnya akan langsung berbunga-bunga dan tidak berdaya bila dikejar-kejar oleh idolanya, Gu Sheng berusaha keras untuk menafsirkan perhatian dan cinta Mo Qingcheng saat mengejar-ngejarnya sebagai sesuatu yang berkaitan dengan hubungan profesional di antara mereka.
Sebagian besar drama percintaan mulai terasa membosankan begitu dua karakter utama sudah berpacaran. Tapi hal ini tidak terjadi dengan drama Love Me, Love My Voice. Yang menyegarkan dan lucu adalah melihat dua tokoh utama kita yang terlihat canggung pada awal hubungan mereka karena memang keduanya tidak berpengalaman dalam hal percintaan. Tapi seiring berkembangnya hubungan mereka, interaksi keduanya pun berubah menjadi lebih alami dan indah.
Kedua pasangan pendamping kita memperoleh porsi yang pas dalam cerita sehingga tidak menutupi atau mengalihkan fokus pada pasangan utama. Kisah asmara dua pasangan pendamping juga cukup berbeda dari kisah cinta pasangan utama. Hal ini membuat nuansa dalam drama menjadi segar dan tidak monoton.
Salah satu hal yang patut dipuji dari penggarapan drama ini adalah keseriusan tim produksi untuk menyuguhkan seluk beluk dunia isi suara. Tan Jianci memang memiliki suara yang bagus dan cocok memerankan seorang dewa dalam dunia isi suara. Bukan hanya itu saja, dia juga memang benar-benar seorang penyanyi yang bagus. Jadi perannya kali ini benar-benar menonjolkan talenta pria ganteng itu. Lewat drama ini, kita disuguhi tantangan, perjuangan dan keindahan dari dunia dubbing dan musik di China. Lagu-lagu indah di awal drama dan di sepanjang drama benar-benar menunjukkan keseriusan drama ini dalam menyuguhkan dunia suara kepada para penonton. Tidaklah mengherankan jika banyak lagu dalam drama ini yang terngiang-ngiang di telinga dan meninggalkan kesan mendalam di hati saya.
Jadi dunia dubbing yang digeluti oleh para karakter di dalam drama ini bukanlah hanya sekedar tempelan belaka, tapi disajikan dengan porsi yang pas. Hal ini membuat saya menghargai bakat dan kemampuan para pengisi suara dan penyanyi di China.
Selain itu, kita juga dimanjakan dengan pemandangan visual yang indah dari episode pertama terkait bagaimana masakan yang dibahas oleh para karakter di dalam. Perpaduan suara Tan Jianci dan visual dalam drama saat sebuah masakan dijelaskan benar-benar terlihat menggiurkan. Jangankan Gu Sheng, saya yang menonton drama ini juga kadang merasa lapar saat menontonnya.
Tidak hanya itu, kita juga disuguhi pemandangan alam yang indah saat para karakter kita liburan. Ada beragam pemandangan indah dan budaya lokal termasuk masakan tradisional yang disuguhkan. Ada olahan mie yang familiar seperti Luosifen yang menjadi mie favorit Si Tumo dalam drama Put Your Head on My Shoulder. Tapi ada juga beberapa makanan yang unik yang tidak pernah saya ketahui seperti ikan bir, teh mentega, durian bakar dan lain-lain. Dipadukan dengan kisah cinta yang indah, komedi yang pas, para penonton akan dibawa mabuk kepayang saat mereka menonton drama ini.
Di sela-sela menonton drama ini, saya juga menyempatkan membaca novelnya dalam terjemahan Bahasa Inggris. Bisa dikatakan 80 persen cerita dalam drama sama dengan cerita dalam novel karena penulis novelnya sendiri yang menjadi penulis naskah. Hanya saja, ada beberapa tokoh baru dan lama yang kisahnya diperluas dan diperinci untuk menambahkan kekayaan emosi pada cerita drama. Hal ini merupakan keputusan tepat yang dilakukan sang penulis novel karena ada beberapa cerita dalam novel yang terlalu singkat seolah-olah muncul dengan tiba-tiba. Dalam drama, bagian-bagian cerita ini ditambahkan dengan berbagai detail sehingga penonton paham.
Sayangnya sebagai hiburan visual, tentu saja drama ini juga memiliki kelemahan atau batasan yang umum ada pada hiburan visual lain. Ada beberapa bagian cerita yang sebenarnya terasa lebih lucu dan hidup karena kita bisa memahami kondisi pikiran dan batin Gu Sheng sebagai karakter utama wanita. Sayangnya, kondisi pikiran dan batin ini sepertinya tidak bisa sepenuhnya dituangkan ke dalam bentuk visual. Sehingga beberapa cerita yang dalam novel begitu lucu dan menarik jadi terkesan berkurang. Contohnya adalah kesalahpahaman saat ibu dan tante Gu Sheng melihat Gu Sheng dan Mo Qingcheng berada di bagian Obstetri. Kondisi pikiran dan batin Gu Sheng dalam peristiwa itu terkesan begitu lucu sehingga membuat para pembaca novel tertawa.