Terakhir diperbarui pada 09/08/2019 oleh Timotius Ari
Dora the Explorer akan berpetualang menjelajahi bioskop Indonesia dan dunia mulai Jumat (9/8) lewat film live actionnya, Dora and the Lost City of Gold. Film ini diadaptasi dari serial animasi Nickelodeon yang tayang belasan tahun.
Tapi ada beberapa perubahan besar pada karakter berotak cerdas kita (diperankan oleh Isabela Moner).Â
Dira bukan lagi anak berusia 6 tahun. Sekarang dia jauh lebih tua. USA Today menanyakan hal ini pada sang sutradara James Bobin.
Sifat masih sama
“Dia 16 tahun tapi bersikap sama dengan dirinya saat berusia 6 tahun. Dia super positif dan dunia belum mematahkan semangatnya. Tidak seperti remaja lainnya, dia tidak minder, tidak ragu-ragu. Itulah yang membuat Dora berbeda dari remaja lainnya,” ujar James.
Dora masih suka keluar dari dinding keempat
Serial animasi itu dikenal karena Dora kerap bertanya pada para penonton untuk mengulang bahasa Spanyol atau pertanyaan dasar dalam bahasa itu. Misalnya siapa namamu? Perilaku Dora ini disebut keluar dari dinding keempat. Istilah untuk karakter film, animasi dan komik yang sadar akan adanya penonton atau pembaca.
Lost City menjadikan hal ini sebagai parodi dalam prolog selama makan malam keluarga. Dora kecil ( Madelyn Miranda) melihat ke arah kamera dan bertanya, “Bisakah kalian berkata delioso?”
Bingung, kedua orang tuanya bertanya kepada siapa Dora bicara dan beranggapan jika Dora berkhayal.
Dora melakukan hal serupa beberapa kali sepanjang awal film. “Tidak di sepanjang film karena kami tidak ingin itu mengganggu narasi cerita. Tapi saya memang ingin para penonton tahu jika ini adalah gadis yang sama dengan yang ada dalam serial animasi, jadi saat kami pertama melihat Isabela, hal pertama yang dia lakukan adalah memandang kamera dan berkata, “Hi, Aku Dora! Aku dikejar oleh seekor gajah marah.”
Selain usia, ada perbedaan lainnya. Tas punggung Dora dalam film tidak bisa bicara seperti yang ada dalam animasi.
“Tas punggung itu ajaib karena kapasitasnya yang tidak terbatas, tapi tidak bisa bicara karena kami pikir itu terlalu berlebihan di dunia nyata. Film ini berada di realitas yang dilebih-lebihkan, jadi kami ingin menjaga nuansa film di dalam hal yang sedikit masuk akal,” terang James.