Horizontal Scroll Menu
Home » Serial TV » Berita » Penulis Naskah Drama China “The Glory” Tanggapi Tudingan Plagiat

Penulis Naskah Drama China “The Glory” Tanggapi Tudingan Plagiat


Check Out Our English Version! Go to English Version

Terakhir diperbarui pada 23/03/2025 oleh Timotius Ari

LayarHijau.com – Penulis naskah drama China “The Glory” memberikan tanggapan terhadap tudingan plagiat yang dilontarkan oleh seorang pengguna Weibo, yang mengklaim bahwa karyanya menjiplak novel “The Laughing Lantern” (Deng Hua Xiao).

Tudingan ini menarik perhatian karena “The Glory” diadaptasi dari novel “The Reborn Noble Girl is Hard to Find” karya Qian Shan Cha Ke. Sementara itu, “The Laughing Lantern” merupakan salah satu karya terbaru dari penulis yang sama.

Tuduhan plagiat di Weibo

Beberapa netizen yang telah membaca novel “Deng Hua Xiao” mengemukakan bahwa terdapat kesamaan mencolok antara cerita dalam drama “The Glory” dan novel tersebut. Mereka menyoroti bahwa alur cerita karakter utama yang kembali ke kota dengan membawa rahasia, serta interaksi awal yang penuh kecurigaan antara karakter pria dan wanita, sangat mirip.

Sohu melaporkan bahwa setelah tuduhan tersebut muncul, penulis naskah menanggapi di Weibo, menyatakan, “Novel ‘The Laughing Lantern’ dipublikasikan pada 19 Oktober 2023, dan pada saat itu, saya telah menyelesaikan naskah untuk 15 episode.”

Bantahan sang penulis naskah

Drama “The Glory,” yang dibintangi oleh Chen Duling dan Xin Yunlai, meskipun diangkat dari novel, menyajikan cerita yang berbeda secara signifikan dari versi novelnya. Hanya beberapa nama dan interaksi antar karakter yang tetap konsisten dengan versi novel.

Dalam versi novel, Zhuang Han Yan mengalami reinkarnasi setelah dipaksa meminum racun oleh adik tirinya, Zhuang Yu Shan, pada malam pernikahannya dengan Wei Ru Feng. Ibu Zhuang Han Yan telah meninggal sebelum pernikahan tersebut.

Sementara itu, novel “Deng Hua Xiao” berlatar belakang pada masa Dinasti Liang, tulis komentar seorang pengguna MyDramaList. Kisah ini mengikuti seorang gadis berusia sembilan tahun yang terhindar dari wabah mematikan dan menjual dirinya sebagai budak kepada seorang dokter ahli racun. Meskipun orang tua dan dua saudaranya selamat, gadis itu menghilang tanpa jejak.

Selama tujuh tahun berikutnya, ia menjadi subjek percobaan ke-17 dokter tersebut, yang telah kehilangan enam belas subjek sebelumnya. Gadis itu mengalami berbagai penyiksaan—ditinggalkan di alam liar, diberikan racun yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya, dan banyak lagi, semua sebelum mencapai usia dua belas tahun. Trauma masa kecil dan perilaku sosiopatinya membentuk karakter yang kompleks.

Setelah kematian sang master, ia kembali ke rumahnya, hanya untuk mendapati bahwa segalanya telah hancur. Keluarganya mengalami nasib tragis: kakaknya menikah dengan keluarga pedagang di ibu kota dan meninggal, saudara laki-lakinya menjadi buronan dan dieksekusi, ayahnya terbunuh oleh perampok, dan ibunya meninggal akibat bencana yang menimpanya.

Gadis itu berangkat ke ibu kota untuk mencari kebenaran di balik kehancuran keluarganya. Di sana, ia bertemu dengan seorang pria cerdas yang curiga terhadapnya. Ketegangan antara mereka semakin meningkat seiring dengan berkembangnya plot, menjanjikan sebuah kisah yang penuh intrik, pengkhianatan, dan pencarian identitas.

Kontroversi ini telah memicu diskusi hangat di media sosial mengenai orisinalitas dalam industri hiburan. Para penggemar dan kritikus kini menantikan langkah selanjutnya dari pihak-pihak terkait setelah pengakuan ini.