Horizontal Scroll Menu
Home » Serial TV » Berita » Psikolog Komentari Reality Show Zhao Lusi, Be Yourself

Psikolog Komentari Reality Show Zhao Lusi, Be Yourself


Check Out Our English Version! Go to English Version

Terakhir diperbarui pada 03/04/2025 oleh Timotius Ari

LayarHijau.com– Reality show Be Myself (sebelumnya dikenal sebagai Little Courage), yang menampilkan Zhao Lusi, terus menjadi pusat perhatian di Weibo. Seorang psikolog dari Beijing Normal University (BNU) memberikan pandangannya setelah menonton acara tersebut, menyoroti pentingnya ekspresi emosi.

Dalam pernyataannya, ia menekankan pentingnya ruang ekspresi emosional untuk individu dalam konteks ini adalah Zhao Lusi. “Jika emosi negatif dan perasaan tidak nyaman terus-menerus dipendam dalam hati, hanya akan membuat tubuh semakin kelebihan beban,” ujarnya dikutip Sina Entertainment. Pernyataan sang psikolog yang tidak disebutkan identitasnya itu sempat trending di Weibo beberapa hari yang lalu.

Dalam program ini, Zhao Lusi menjelajahi pedesaan di Sichuan Barat, merasakan kembali pesona kehidupan di tengah alam yang murni, dan mencoba mengekspresikan perasaan serta pemikiran terdalamnya, sehingga memperoleh kekuatan baru. Hal ini memberitahu kita bahwa dengan mengekspresikan emosi secara tepat dan bersantai sejenak, kita justru bisa melangkah lebih baik ke depan.

Namun, di balik pesan positif ini, acara tersebut memicu kontroversi, baik dari pengungkapan kesehatan mental Zhao maupun ucapan-ucapannya dalam reality show yang dianggap berlebihan oleh sebagian netizen.

Ucapan Kontroversial Zhao Lusi dalam Be Myself

Berikut adalah beberapa pernyataan Zhao Lusi dalam reality show yang memicu perdebatan:

“Saya Hanya Tidur 2 Jam Sehari”

Konteks: Dalam salah satu episode Be Myself, Zhao menyebutkan bahwa ia hanya tidur dua jam sehari karena jadwalnya yang padat.

Reaksi: Netizen terbelah—ada yang menganggapnya “glorifikasi kerja berlebihan,” sementara lainnya menyebutnya tidak realistis. “Manusia tidak bisa bertahan seperti itu,” tulis seorang pengguna Zhihu. Penggemar membela bahwa ini hanya hiperbola untuk menunjukkan dedikasinya.

“Saya Merasa Tidak Disayang Orang Tua”

Konteks: Saat berbincang di pedesaan Sichuan Barat, Zhao mengungkapkan bahwa ia merasa kurang dicintai dibandingkan saudaranya saat kecil.

Reaksi: Sebagian penonton tersentuh, tetapi yang lain menuduhnya “mencari simpati” atau “mengumbar drama keluarga” demi narasi emosional acara. “Ini terasa seperti skrip,” komentar seorang netizen di Douban.

“Kruk Itu Buat Apa?”

Konteks: Dalam segmen santai di Be Myself, Zhao tampak bingung saat melihat kruk dan bertanya apa fungsinya.

Reaksi: Ucapan ini memicu tuduhan bahwa ia berpura-pura polos atau tidak peka terhadap disabilitas. “Apakah dia benar-benar tidak tahu atau cuma akting?” tanya seorang pengguna Weibo. Fans menuding editing acara sengaja membuatnya terlihat konyol.

Kesehatan Mental dan Kritik Publik

Be Myself dipasarkan sebagai acara “tanpa filter,” menampilkan Zhao berinteraksi dengan warga pedesaan Sichuan Barat tanpa makeup. Namun, pengungkapan perjuangannya dengan depresi, kecemasan, dan gejala somatik seperti kehilangan ingatan menuai kritik. Banyak yang menuduh acara ini mengeksploitasi kesehatan mentalnya untuk publisitas, terutama karena peluncurannya bertepatan dengan pengumuman diagnosisnya.

Zhao mengaku bahwa obat-obatan yang ia konsumsi memengaruhi kemampuan aktingnya, memicu debat tentang keputusannya untuk tetap syuting. “Dia seharusnya istirahat, bukan membuat acara,” tulis seorang kritikus. Namun, penggemar memuji upayanya menghilangkan stigma kesehatan mental.

“Pariwisata Kemiskinan” dan Narasi Pedesaan

Segmen Zhao mendonasikan perlengkapan seni dan membahas kemiskinan di pedesaan Sichuan Barat dikritik sebagai “pariwisata kemiskinan.” Netizen menyoroti kontras antara gaya hidup mewahnya dan kondisi warga, menyebutnya dangkal. “Ini cuma gimmick untuk citra,” tulis seorang pengguna Weibo.

Pernyataan kontroversial dihapus?

Acara ini dipasarkan sebagai acara yang “raw” (tidak dipoles, alami) dan “tidak terencana,” menampilkan Zhao tanpa makeup dan berinteraksi dengan komunitas pedesaan. Namun, penonton mencatat adanya kontradiksi, seperti adegan “alami” yang tampak dipentaskan dan penyuntingan selektif yang menghilangkan momen kontroversial. Misalnya, Hunan TV dilaporkan memotong sekitar 10 menit rekaman yang bermasalah, meragukan klaim autentisitas acara tersebut.

Pembelaan Penggemar

Penggemar Zhao Lusi membela idolanya dengan tegas. Mereka menyebut ucapan tidur dua jam sebagai cerminan kerja kerasnya, didukung jadwal padat seperti saat syuting Hidden Love dan The Story of Pearl Girl. Untuk komentar tentang keluarga, mereka memuji kejujurannya sebagai hal yang relatable. “Banyak orang punya pengalaman serupa, dia berani bicara,” tulis seorang penggemar di Xiaohongshu. Soal kruk, mereka menyalahkan editing yang “jahat” demi hiburan.

Kritikan netizen terlalu keras dan tidak seimbang?

Sejumlah psikolog, kolumnis, dan selebriti berpendapat bahwa netizen mungkin terlalu keras dalam penilaian mereka. Kritik yang tidak proporsional ini sering kali mengabaikan konteks, seperti pengeditan selektif yang memengaruhi bagaimana pernyataan Zhao dipersepsikan. Hal ini menciptakan pertanyaan tentang standar ganda dalam masyarakat, terutama terkait stereotip gender.

Dari sisi empati, beberapa ahli kesehatan mental memperingatkan bahwa serangan terhadap kesehatan mental seseorang, terutama yang sedang berjuang dengan depresi, dapat memperparah kondisi mereka. Survei di Weibo menunjukkan bahwa 58% responden merasa kritik terhadap Zhao terlalu ekstrem, sementara 10% bersikap netral. Ini menunjukkan bahwa ada kesadaran di kalangan publik tentang perlunya pendekatan yang lebih lembut dan pemahaman yang lebih dalam mengenai isu kesehatan mental.

Dengan meningkatnya kesadaran tentang dampak kritik di media sosial, penting bagi publik untuk memisahkan kritik konstruktif dari cyberbullying, serta untuk fokus pada sistem yang lebih besar daripada individu. Kampanye “Berhenti Menghakimi, Mulai Mendengar” kini didorong untuk mengurangi stigma seputar isu kesehatan mental di media sosial.


StatCounter - Free Web Tracker and Counter