Terakhir diperbarui pada 15/10/2019 oleh Timotius Ari
Adrian Raine menonton film Joker di bioskop pada Jumat minggu lalu tanpa harapan yang tinggi. Pria yang berprofesi sebagai neurocriminologist itu adalah pelopor di bidang penelitian otak penjahat sadis. Andrian adalah orang pertama yang menggunakan imaging otak untuk meneliti para pembunuh. Dia menghabiskan puluhan tahun hidupnya untuk memahami para kriminal. Peneliti Inggris yang dihormati itu bukanlah penggemar Batman. Jadi saat dia pergi ke Darlington, Inggris untuk menonton film arahan Todd Phillips itu, tujuan utamanya hanyalah menghabiskan waktu berkualitas bersama dengan para keponakannya, tulis Variety. Dia rehat sejenak dari tugasnya sebagai profesor di the University of Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).
Tapi apa yang dilihat Adrian di layar lebar itu membuatnya terkejut. Naskah yang ditulis oleh Todd dan Scott Silver itu dianggapnya secara otentik membahas bagaimana seorang pria bisa melakukan kekerasan yang sangat buruk karena kombinasi genetik, trauma masa kecil, penyakit mental yang tidak dirawat dan provokasi masyarakat. Dia juga mengagumi akting Joaquin Phoenix yang mampu membawa nuansa gelap, perilaku aneh, dan kecemasan sosial yang ditunjukkan oleh mereka yang menderita gangguan kepribadian tertentu. “Dia tentunya akan masuk Oscar,” prediksi sang neurocriminologis itu.
“Film itu menawarkan prediksi akurat dari latar belakang dan keadaan, yang bila dikombinasikan bersama, menghasilkan pembunuh,” kata Adrian.
Dia sendiri mempertimbangkan memakai film itu sebagai bahan kelasnya di the University of Pennsylvania. “Selama 42 tahun, saya telah mempelajari penyebab kriminalitas dan kekerasan. Dan saat menonton film itu, saya pikir, wow, benar-benar sebuah pewahyuan. Saya perlu membeli film ini, membuat beberapa klip cuplikan untuk menggambarkan..ini adalah alat edukasi yang bagus tentang terciptanya seorang pembunuh. Itu mengejutkan saya,” terang Adrian.
“Saya bicara tentang semua faktor-faktor ini di kelas, dan jujur, benar-benar sulit memperoleh kisah nyata yang memiliki semua faktor-faktor ini bersama, apalagi sebuah film yang gaya dan sangat dramatis yang menggambarkan semua faktor-faktor itu dengan cukup kuat. Ini benar-benar adalah sebuah pewahyuan,” lanjutnya.
Dalam wawancara dengan Variety, Adrian membahas panjang lebar analisanya tentang karakter Arthur Fleck dan bagaimana pria itu berubah menjadi penjahat the Joker dari sudut pandang keilmuannya. Jika kalian tertarik dengan pembahasan yang lebih detil tentang sosok Joker dari sudut pandang seorang neurocriminologist, kalian bisa membacanya di situs itu.