Horizontal Scroll Menu
Home » Serial TV » Artikel » Sutradara Drama Luoyang Bahas Perjuangan Jaga Keakuratan Historis

Sutradara Drama Luoyang Bahas Perjuangan Jaga Keakuratan Historis


Check Out Our English Version! Go to English Version

Terakhir diperbarui pada 17/12/2021 oleh Timotius Ari

Para penonton saat ini semakin kritis dalam menilai program yang mereka tonton. Dalam hal film dan drama yang dibuat berdasarkan sejarah, tuntutan para penonton biasanya lebih tinggi terutama dalam hal keakuratan penggambaran budaya dan sejarah. Mulai dari pakaian, makanan dan bahasa, para penonton akan mengkritisi semuanya jika dianggap tidak akurat.

Itulah sebabnya tim produksi Luoyang berusaha untuk menjaga keakuratan sejarah dan budaya dalam drama mereka. Luoyang, berlokasi di Provinsi Henan, China, adalah kota dengan usia sejarah lebih dari 5.000 tahun. Kota itu pernah menjadi ibukota dari 13 dinasti di China. Itulah sebabnya kota ini menjadi pusat dari budaya China. Kota budaya ini sekarang diangkat ke dalam layar perak lewat drama Luoyang.

[taxopress_relatedposts id=”1″]

Drama itu tayang di iQiyi sejak 1 Desember dan menjadi salah satu drama China yang paling menarik perhatian baik secara domestik maupun internasional.

Drama historis 39 episode itu mengisahkan tentang tiga orang dari kelas berbeda yang bersatu untuk melindungi kota bersejarah. Drama itu merajai berbagai daftar peringkat mulai dari Vlinkage, De Tavin, Guduo Heat Ranking Index dan Maoyan.

Gao Bingzhu (Huang Xuan) adalah seorang pria dari kelas bawah. Dia mencari pembunuh yang telah menghabisi nyawa teman-temannya lima tahun lalu. Dalam usahanya, Gao malah menjadi tersangka untuk sebuah kasus baru.

Saat Gao berusaha membuktikan jika dia tidak bersalah dengan menemukan dalang sesungguhnya, dia bertemu Baili Hongyi (Wang Yibo) dan Wu Siyue (Song Qian)  yang berasal dari kelas bangsawan. Ketiganya bersatu untuk alasan berbeda demi mencapai tujuan yang sama—menangkap pemberontak, yang mencoba menggulingkan kaisar dan melindungi Luoyang.

Dalam usaha ketiganya melacak dan mengejar para kriminal dan pemberontak, pemandangan ibukota dipamerkan kepada para penonton. Penulis naskah Qing Mei dan Wu Cong berkata kepada Global Times jika adegan kejar-kejaran dan pertarungan secara alami membawa para penonton menelusuri Luoyang kuno yang dibangun tim produksi.

“Saya tidak suka menggunakan efek spesial,” kata Xie Ze, sang sutradara.

“Sebagian besar bangunan, jalan dan ruang yang dipakai para pemeran utama yang ditunjukkan di layar benar-benar dibuat sebelum drama mulai syuting,” lanjutnya.

Properti yang digunakan membuat para penonton terkesima sejak drama itu tayang. Tempat tidur Gao adalah sebuah peti mati untuk menunjukkan depresi yang disebabkan oleh kebencian yang dalam yang dirasakannya. Sedangkan kamar Baili dikelilingi aliran air kecil untuk menunjukkan kepribadiannya yang tidak bisa dikekang.

The Luoyang Wenbao Group adalah kelompok yang bertanggung jawab melindungi situs-situs di kota Luoyang yang sudah rusak dan membangun taman-taman budaya. Mereka berkata jika mereka yang memberikan arsitektur ibukota kuno kepada tim produksi drama itu. Mereka juga menggelar diskusi dan tukar pikiran di antara para ahli sejarah kota itu.


StatCounter - Free Web Tracker and Counter