Horizontal Scroll Menu

Drama Pachinko: Nasib Orang Korea di Jepang Dulu dan Sekarang


Check Out Our English Version! Go to English Version

Terakhir diperbarui pada 30/04/2022 oleh Timotius Ari

Wawancara New York Times dengan Min Jin Lee diterjemahkan oleh Courrier Japan. Sebuah kolom opini dimuat Newsweek Japan dan membahas kisah dalam novel itu untuk para pembaca Jepang yang tidak familiar dengan sejarah yang asli. Setelah itu, artikel opini itu menyamakan kisah yang dialami Sunja itu dengan pengalaman imigran lain dan diskriminasi yang mereka alami di seluruh dunia.

Hanya sedikit media besar di Jepang yang membahas novel itu dan serial di Apple TV+. Hanya ada satu artikel yang membahas masalah seperti wanita penghibur dalam serial itu. Sedangkan beberapa netizen Jepang di Facebook menuding serial itu sebagai anti Jepang.

Di luar semuanya itu, cerita dalam serial ini bukanlah hanya kisah mengenang penderitaan selama penjajahan Jepang atau untuk mencari simpati. Tapi kisah ini adalah penggambaran kegigihan manusia dalam melawan penderitaan dari awal hingga akhir. Hal ini salah satunya diperlihatkan dengan para pemeran drama yang menari di ruang pachinko diselingi dengan video arsip, seolah merupakan bentuk perlawanan dan usaha untuk mempertahankan identitas mereka sebagai orang Korea di tengah diskriminasi dan tekanan.

Min Jin Lee menekankan kesamaan sentimen anti Korea yang dihadapi warga Korea di Jepang dan di AS. Itulah inspirasinya untuk menulis Pachinko setelah belajar sejarah di balik novel itu di Yale.

Daripada beranggapan jika hidup akan lebih baik jika mereka berada di tempat lain, para karakter dalam cerita memegang teguh identitas mereka sebagai orang Korea yang tinggal di Jepang. Akhirnya, Solomon memilih untuk tidak tinggal di AS. Sedangkan Sunja memilih tetap hidup di Jepang sekalipun semakin terisolasi seiring dengan bertambahnya usia. Dia kembali ke Korea setelah percakapannya dengan Geum-ja.

Dalam kutipan editorial Newsweek Japan, Min Jin Lee menekankan jika masyarakat Jepang saat ini tidak bertanggung jawab terhadap masa lalu leluhur mereka. Yang bisa kita lakukan adalah memahami sejarah dan hidup dengan jujur di masa kini. Pada akhirnya, hanya dengan mendengarkan dan memahami kita bisa berusaha mengubah siklus diskriminasi yang ada saat ini. Pemahaman akan menjadi sebuah langkah penting dalam perjalanan ini.

Sumber: Slate.com

Pages ( 4 of 4 ): « Sebelumnya123 4

StatCounter - Free Web Tracker and Counter