Terakhir diperbarui pada 12/07/2024 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com—Pada hari kedua setelah penayangan film A Legend di bioskop di China, sutradara Stanley Tong dan para pemeran film itu termasuk Jackie Chan, Guli Nazha, Li Chen dan CEO Bona Film Group Jiang Defu pergi ke Guangzhou untuk tur roadshow. Dalam tur, mereka melakukan diskusi mendalam dengan penonton dan media dan membahas suka duka serta kesulitan dalam menggarap film itu.
Salah satu hal yang dibahas adalah penggunaan AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan dalam film itu untuk menampilkan sosok Jackie Chan muda. Penggunaan AI ini adalah salah satu hal yang dikritik para penonton.
Stanley Tong tidak menghindari pembahasan ini. Penggunaan AI dalam film mengalami keterbatasan teknik dan Jackie Chan muda ciptaan AI itu tidak bisa dibandingkan dengan sosok asli dalam hal ekspresi mikro wajah dan emosionalnya.

Stanley menjelaskan jika dia membuat film The Myth lebih dari 10 tahun yang lalu. Saat itu dia menulis adegan Istana Surgawi dalam naskah. Dia merasa idenya sangat bagus kala itu, tapi sulit untuk diwujudkan karena keterbatasan teknologi dan biaya produksi. Hal ini meninggalkan ketidakpuasan dalam hatinya. Dia membuat film A Legend untuk menebus kekecewaan itu.
Mengenai penggunaan AI, Stanley mengatakan bahwa eksplorasi terkait ide itu dimulai dua setengah tahun yang lalu. Saat itu, dia menggunakan AI untuk melakukan beberapa uji coba dan mengirimkannya ke Jackie Chan, dan keduanya memutuskan untuk mencobanya dalam film. Tentu saja, mereka baru pertama kali melakukan hal ini. Tindakan mereka bisa diibaratkan menyeberangi sungai sambil meraba-raba batu dan mengambil risiko besar, tetapi Stanley Tong percaya bahwa jika film-film Tiongkok ingin berkembang, harus selalu ada proses seperti itu.
Dia berkata, “Saya pikir lebih dari 90% dari adegan dalam seluruh film sudah oke, tetapi ada beberapa yang agak mengecewakan dan tidak sebaik yang diharapkan. Namun ide untuk menciptakan kembali Jackie Chan muda akhirnya terwujud. Ada banyak adegan menangis, tertawa, dan bertarung di atas kuda yang sangat sulit untuk direalisasikan. Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya telah mencoba yang terbaik.”
Berbicara tentang penggunaan AI dalam film, Jackie Chan mengatakan bahwa dia awalnya menolak ide tersebut, tetapi Stanley Tong terus membujuknya dan menunjukkan bahan-bahan baru, dan Jackie Chan akhirnya tergerak. Dia percaya pada naskah Stanley Tong dan juga menyukai plot cerita profesor yang melakukan perjalanan kembali ke Dinasti Han Barat untuk menjadi jenderal. “Jika semua orang seperti Zhao Zhan muda, mungkin saya tidak akan memerankannya,” katanya dilansir dari Sohu.

Selama diskusi, Jackie Chan mengakui bahwa dia tidak memahami penggunaan teknologi canggih. Selama bertahun-tahun, dia bersikeras pada syuting secara riil, adegan pertarungan nyata, dan adegan jatuh yang nyata. Tidak peduli seberapa berbahaya aksinya, dia akan melakukannya sendiri. Profesionalisme dan semangat petualangan semacam itu telah membuat Jackie Chan menjadi panutan dalam film aksi Kung Fu Tiongkok selama beberapa dekade.
Jackie Chan hampir berusia 70 tahun ketika dia membuat film A Legend. Demi alasan keamanan dan kesehatan, sutradara Stanley Tong menyarankan agar adegan aksi dilakukan oleh pemeran pengganti, tetapi Jackie Chan menolak saran ini. Baik itu adegan aksi di istana es pada paruh kedua atau adegan berbahaya jatuh ke gua es dan meluncur dengan cepat, Jackie Chan melakukannya sendiri tanpa pemeran pengganti. Terpengaruh oleh keberanian Jackie, para aktor lain dalam film juga bersikeras untuk tidak menggunakan pemeran pengganti.
Film A Legend awalnya dijadwalkan tayang pada 12 Juli, tapi dimajukan penayangannya di bioskop di China pada 10 Juli. Sedangkan jadwal tayang A Legend di Indonesia belum diketahui. Situs resmi Cinema XXI masih mencantumkan informasi coming soon untuk film itu.