Horizontal Scroll Menu
Home » Film » Artikel » Film China No More Bets dan Kisah Nyata Penipuan di Indonesia

Film China No More Bets dan Kisah Nyata Penipuan di Indonesia


Terakhir diperbarui pada 25/09/2024 oleh Timotius Ari

LayarHijau.com–Selama beberapa waktu yang lalu, Layar Hijau sempat menemukan beberapa video di TikTok yang diunggah dari beberapa pengguna yang menceritakan kisah mereka menjadi korban penipuan pekerjaan di Kamboja.

Beberapa video itu tidak menceritakan secara detail jika para pengunggah video itu adalah korban penipuan, mereka hanya mengisahkan bagaimana mereka dibantu KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Kamboja supaya bisa kembali ke Indonesia secara legal karena ternyata mereka masuk ke negara itu secara ilegal.

Dari berbagai komentar di video seperti ini, ternyata para pengunggah video merupakan korban penipuan pekerjaan di Kamboja dan dipekerjakan untuk menipu orang lain secara online atau dipekerjakan untuk mengelola situs j*di.

Dari pemberitaan Detik.com, pada Juni 2023, sebelas Warga Negara Indonesia (WNI) di Kamboja sedang menunggu pemulangan setelah dipaksa menjadi penipu (scammer) untuk menipu sesama orang Indonesia. Mereka awalnya direkrut dengan janji pekerjaan sebagai pegawai call center dengan gaji Rp 12 juta per bulan, namun kenyataannya mereka bekerja lebih dari delapan jam sehari sebagai scammer. Mereka bahkan menipu sesama WNI melalui aplikasi pencarian jodoh, dan gaji yang diterima jauh di bawah janji yang diberikan.

Dalam kondisi terjaga ketat oleh petugas keamanan, mereka tidak bisa melarikan diri dan akhirnya meminta bantuan Presiden Joko Widodo untuk pulang. KBRI Phnom Penh telah mengambil langkah untuk mengamankan mereka, dan saat ini mereka masih menunggu proses pemulangan yang lebih lanjut. Pengakuan mereka menunjukkan adanya penipuan serius dalam perekrutan tenaga kerja yang harus segera ditangani.

Peristiwa seperti ini mengingatkan Layar Hijau pada sebuah film China yang berjudul No More Bets yang tayang di China pada Agustus 2023. Film tersebut menjadi sebuah film kuda hitam untuk bulan itu dan meraih triliyunan rupiah dari penghasilan box office.

Sutradara dan penulis naskah film ini, Shen Ao, mengungkapkan jika film itu diangkat dari kisah nyata puluhan ribu kasus penipuan. Dibintangi oleh Jin Chen, Lay Zhang dan Eric Wang, film ini mengisahkan tentang seorang programmer dan model yang menjadi korban penipuan setelah tertarik dengan tawaran pekerjaan di salah satu negara di Asia Tenggara.

Shen Ao menceritakan dengan detail bagaimana proses kreatifnya menggarap film itu di sini. Yang menarik adalah film itu memakai setting negara dan kota fiktif dan tidak memakai nama kota atau negara di dunia nyata. Tapi setelah film itu populer, Kamboja meradang dan merasa jika film itu mencemarkan nama baik negara mereka. Rupanya tulisan dan teks yang diperlihatkan dalam kota fiktif itu mirip dengan tulisan yang dipakai di Kamboja. Kalian bisa membaca beritanya di sini.

Jadi Masalah Global

Operasi penipuan online di Asia Tenggara terus berkembang pesat, dengan sindikat kriminal yang diperkirakan meraup sekitar $64 miliar (sekitar Rp 967 triliun) setiap tahunnya di seluruh dunia. Di Kamboja, Laos, dan Myanmar, kelompok-kelompok ini mencuri sekitar $43,8 miliar (sekitar Rp 662 triliun) setiap tahun, yang setara dengan 40 persen dari total PDB ketiga negara tersebut. Penipuan ini sering melibatkan teknik “pig butchering,” di mana penipu membangun hubungan dengan korban melalui platform pesan atau aplikasi kencan untuk meyakinkan mereka melakukan investasi palsu.

Jason Tower, Direktur Negara Myanmar di United States Institute of Peace (USIP), menyatakan, “Ini telah berkembang dari masalah regional menjadi isu global dalam waktu yang singkat.” Dia juga menambahkan bahwa penipuan ini mulai menyebar ke negara lain, termasuk negara-negara di Timur Tengah dan Afrika, tulis The Record.media. Penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam penargetan korban yang bukan warga negara China, kemungkinan sebagai respon terhadap pengawasan hukum yang meningkat di China.

Meskipun demikian, operasi penipuan ini terus beradaptasi meskipun ada tekanan dari pihak berwenang. Para peneliti merekomendasikan langkah-langkah terkoordinasi untuk menanggulangi masalah ini, termasuk sanksi dan larangan perjalanan bagi pemimpin sindikat, serta akuntabilitas bagi negara-negara yang membiarkan keberadaan tempat penipuan. Brandon Yoder dari Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa “ancaman yang semakin besar dari operasi penipuan ini adalah prioritas keamanan nasional.”

Warga Indonesia juga jadi korban

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang para warganya menjadi korban dari sindikat penipuan ini. Sejak tahun 2020 hingga 2023, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia telah menangani 3.428 kasus online scam yang menimpa WNI di delapan negara, dengan 1.748 kasus terjadi di Kamboja. Judha, perwakilan Kemenlu, menyatakan bahwa keberangkatan WNI ke Kamboja masih terus berlangsung, terutama terkait penipuan daring dan judi online. Kamboja menjadi salah satu lokasi utama bagi WNI korban trafficking melalui penipuan, di samping negara-negara seperti Myanmar, Thailand, dan Filipina, tulis Kompas.

Hingga akhir 2023, jumlah WNI yang melapor secara daring di Kamboja mencapai 17.121 orang, meningkat tujuh kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020. Namun, data menunjukkan bahwa ada 58.307 WNI yang memiliki izin kerja di Kamboja. Judha menekankan pentingnya langkah pencegahan agar masyarakat dapat bekerja di luar negeri dengan cara yang aman dan terdaftar.

Duta Besar RI untuk Kamboja, Santo Darmosumarto, menjelaskan bahwa kasus penipuan seperti ini sering kali dilaporkan kepada KBRI di Phnom Penh. KBRI sedang mendalami laporan kasus yang masuk, meskipun sering kali ada kendala dalam verifikasi informasi yang diterima.

Cara Terhindar Penipuan Pekerjaan

Media CNBC-TV18 mewawancari sederet narasumber untuk membuatkan beberapa tips untuk menghindari

Berikut adalah rangkuman tips dan trik untuk mencegah penipuan pekerjaan, disertai dengan pernyataan para narasumber:

  1. Lakukan Riset Perusahaan: Sebelum melamar, cari tahu tentang perusahaan, termasuk lokasi, direktur, dan ulasan dari karyawan sebelumnya di situs seperti Glassdoor. (Neeti Sharma, CEO TeamLease Digital)
  2. Periksa Deskripsi Pekerjaan: Pastikan deskripsi pekerjaan jelas dan berasal dari sumber terpercaya. Hindari melamar dari email yang tidak diminta.
  3. Verifikasi Kontak: Cek profil LinkedIn dan media sosial orang yang menghubungi kamu untuk memastikan mereka asli. Waspadai janji yang terlalu bagus dan komunikasi yang tidak profesional.
  4. Hindari Tawaran Tidak Diminta: Jangan respon pada panggilan atau pesan yang menawarkan pekerjaan secara tiba-tiba. Pastikan semua komunikasi dilakukan di platform yang aman. (Viswanath PS, MD dan CEO Randstad India)
  5. Cek Nama Perusahaan: Pastikan nama perusahaan dikenal dan jika tawaran datang tanpa kamu melamar. Perhatikan domain email—perusahaan asli tidak menggunakan layanan email gratis seperti Gmail.
  6. Perhatikan Lokasi Pekerjaan: Banyak penipuan pekerjaan terjadi di negara-negara tertentu, seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
  7. Jangan Bayar untuk Pekerjaan: Jangan pernah membayar untuk visa, izin kerja, atau biaya perjalanan. Perusahaan yang sah tidak meminta pembayaran dari pelamar.
  8. Waspadai Permintaan Informasi Sensitif: Jangan berikan informasi pribadi yang sensitif selama proses lamaran. (Sekhar Garisa, CEO foundit)
  9. Gunakan Password yang Kuat: Buat password yang unik untuk setiap akun dan aktifkan otentikasi dua faktor untuk keamanan tambahan. (Neeti Sharma, CEO TeamLease Digital)
  10. Jaga Keamanan Perangkat: Pastikan perangkat lunak dan aplikasi selalu diperbarui serta gunakan antivirus yang terpercaya.

Film No More Bets bisa ditonton di Netflix.