Terakhir diperbarui pada 01/11/2024 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com--Drama China, The Story of Pearl Girl (Kisah Gadis Mutiara) tayang perdana di Youku pada hari ini, 1 November pukul 12:00. Drama itu menduduki peringkat pertama dalam daftar Maoyan hari ini.
Menurut pemberitaan, drama ini menggunakan teknik kreatif yang realistis untuk mengisahkan tentang pengusaha perempuan dalam dunia bisnis China kuno. Sebelum drama itu tayang, Kisah Gadis Mutiara sudah terlebih dulu menarik perhatian dengan lebih dari 5 juta orang melakukan reservasi untuk menontonnya.
Dalam drama itu, Zhao Lusi memerankan Duanwu seorang penyelam mutiara yang menjadi pengusaha sukses berkat kecerdasan dan usahanya yang tanpa henti. Lewat drama ini, kita bisa melihat industri perhiasan di masa China kuno mulai dari produksi, logistik hingga pemasaran. Selain itu, kita juga disuguhkan tentang ragam perhiasan yang dipakai pada masa Dinasti Tang termasuk mutiara, kerang raksasa, kuku penyu, vas emas dan perak serta kunci kaca.
“Kami mendefinisikan drama ini sebagai ‘kisah perjalanan bisnis perhiasan’ di Tiongkok kuno,” kata Zhang Yuanhuan, produser utama The Story of Pearl Girl.” Kisah karakter utama wanita dimulai di Hepu, Guangxi, sebuah pelabuhan awal yang penting di Jalur Sutra Maritim, menuju Guangzhou, Guangdong, dan kemudian ke Koridor Hexi, jalur penting di Jalur Sutra darat, mencakup Jalur Sutra kuno di Tiongkok.
Plot berkembang perlahan saat karakter melakukan perjalanan melalui berbagai titik dagang di Jalur Sutra kuno, membawa penonton untuk terus memperluas wawasan tentang peta bisnis di zaman kuno, tulis Sohu.
Xie Ze, sutradara Kisah Gadis Mutiara mengatakan jika hal yang bisa masuk ke dalam hati para penonton saat ini adalah emosi yang nyata. Oleh karena itu, saat menggarap drama ini, ia berusaha membuat dunia bisnis dalam drama memiliki tekstur yang realistis. “Biarkan penonton merasakan emosi karakter dalam drama. Ekspresi emosional adalah satu aspek. Tetapi pertama-tama, harus ada motivasi batin dari sang karakter yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, dan itu harus berada di dunia yang nyata dan bersahaja,” kata Xie Ze.
Sumber “realitas” dalam drama ini adalah penelitian sejarah yang mendalam di baliknya. Menurut Cao Jiandun, konsultan sejarah The Story of Pearl Girl yang merupakan profesor dan pembimbing doktoral di Sekolah Sejarah dan Budaya Universitas Henan, drama ini merujuk pada “Atlas Sejarah Tiongkok” dan karya lainnya, serta melakukan penelitian mendetail tentang Jalur Sutra pada Dinasti Tang. “Pada Dinasti Tang, transportasi terutama dilakukan melalui jalur air. Rute dari Hepu, Guangxi, daerah produksi Mutiara Selatan, dan Guangzhou menuju Chang’an dalam drama direncanakan sesuai dengan rute transportasi pada Dinasti Tang,” kata Cao Jiandun.
“Karakter utama dalam drama ini adalah budak yang lahir dari pasangan budak penyelam mutiara (mereka yang bekerja mencari mutiara dengan menyelam ke dasar lautan—red). Dia berhasil keluar dari neraka di mana dia harus hidup dan bekerja dan mengalami berbagai kesulitan. Nasibnya mengalami banyak liku, tapi dia akhirnya memilih hidup menghadapi matahari,” kata Wang Ying, produser utama Kisah Gadis Mutiara.
Drama ini menafsirkan kisah-kisah inspiratif pengusaha perempuan di era kuno dengan pendekatan kreatif yang realistis, dan menunjukkan perempuan yang mengejar cita-cita dan berani berjuang, yang dapat beresonansi dengan penonton masa kini.
Para ahli memuji konsep drama itu. “The Story of Pearl Girl tidak lagi fokus pada kisah wanita dari kelas bangsawan, tapi mengalihkan perhatian ke dalam kehidupan wanita sipil di era kuno. Dalam drama ini khususnya para wanita yang memiliki profesi sebagai budak penyelam mutiara yang tinggal di lingkungan kerja yang kejam, ujar Lu Jianing, associate professor di Universitas Komunikasi China.
“Perjalanan bisnis karakter utama wanita mencerminkan perjuangan para wanita di era itu tapi juga menampilkan keindahan kerajinan perhiasan tradisional Tiongkok. Faktor emosional dalam drama ini memperlihatkan kondisi emosi karakter utama wanita yang tidak dibatasi hanya dengan hubungan cinta yang tunggal, tapi mencerminkan lebih banyak aspek dari sifat manusia,” lanjutnya.