Terakhir diperbarui pada 05/05/2025 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com — Dalam dunia hiburan di China, terutama untuk film dan drama yang mengadaptasi karya legendaris wuxia seperti novel-novel Jin Yong atau cerita xianxia populer, pemilihan aktor dan aktris bukan lagi hanya soal kemampuan akting.
Penampilan fisik, aura, dan kesesuaian visual dengan karakter juga menjadi faktor penting yang bisa menentukan penerimaan publik. Beberapa kasus terbaru menunjukkan betapa tajamnya reaksi penonton saat terjadi ketimpangan antara ekspektasi dan realita.
Contohnya saat Zhuang Dafei terpilih memerankan Huang Rong dalam film layar lebar karya Tsui Hark, Legend of the Condor Heroes: The Gallants. Zhuang Dafei dikritik karena dianggap tidak merepresentasikan sosok Huang Rong yang cerdas, lincah, dan cantik jelita seperti digambarkan Jin Yong.
Banyak penggemar merasa bahwa aktris ini terlalu “biasa” dan tidak memiliki daya tarik visual yang kuat untuk peran seikonik itu. Kritikan ini semakin tajam karena Zhuang juga belum memiliki rekam jejak akting yang kuat sebelumnya.
Zhuang Dafei bukanlah yang pertama mengalami masalah karena berani mengambil peran sebagai Huang Rong. Dalam adaptasi novel Jin Yong lainnya, The Romance of the Condor Heroes yang tayang pada 2014, Michelle Chen menuai kritik serupa. Xiao Longnu dalam novel digambarkan sebagai wanita dingin, suci, dan seanggun dewi, namun Michelle dianggap terlalu manis dan membumi. Julukan “Xiao Longnu paling hangat sepanjang masa” pun melekat sebagai sindiran. Penampilan Michelle juga dianggap jauh dari deskripsi Xiao Longnu dalam novel, yang dikenal sebagai sosok dingin, anggun, dan seakan tak tersentuh, seperti dewi.
Di luar protes terkait adaptasi novel Jin Yong, para netizen juga sempat memprotes pemilihan Ren Min untuk memerankan Zhu Yan dalam drama The Longest Promise. Kebetulan, lawan main Ren Min adalah Xiao Zhan, yang kemudian menjadi lawan main Zhuang Dafei dalam The Gallants.
Dalam novel Zhu Yan karya Cang Yue, deskripsi fisik karakter Zhu Yan tidak dijabarkan secara rinci. Namun sebagai putri dari Klan Chi Yi dalam dunia xianxia yang penuh dengan elemen fantasi dan keindahan visual, Zhu Yan digambarkan memiliki penampilan menawan dan memancarkan aura bangsawan. Keanggunan dan kecantikannya menjadi bagian integral dari karakternya, sesuai dengan perannya sebagai tokoh utama dalam kisah cinta dan petualangan epik ini.
Ren Min dinilai kurang cocok memerankan putri dari dunia xianxia yang seharusnya memiliki keanggunan dan kecantikan bak peri. Ketika berdampingan dengan Xiao Zhan yang sangat cocok secara visual, ketidakseimbangan itu menjadi semakin kentara.
Di Balik Keraguan: Ketika Akting Mengalahkan Penampilan
Namun tidak semua casting yang diragukan sejak awal berakhir dengan kegagalan. Beberapa aktor dan aktris membuktikan bahwa mereka bisa menaklukkan skeptisisme lewat performa luar biasa.
Bila Zhuang Dafei dikritik karena dianggap memiliki penampilan yang terlalu biasa untuk memerankan Huang Rong, Xiao Zhan sempat diragukan saat masyarakat tahu dia memerankan Guo Jing dalam The Gallants. Xiao Zhan dianggap terlalu tampan dan lembut untuk memerankan Guo Jing seperti gambaran Jin Yong dalam novel.
Bedanya dengan lawan mainnya, Xiao Zhan tampil dengan riasan yang meyakinkan dalam film itu, di mana dia terlihat berkulit gelap dan lusuh, lebih mendekati penggambaran Guo Jing sebagai pemuda sederhana dan jujur.
Saat kabar Hu Ge terpilih memerankan Mei Changsu dalam drama Nirvana in Fire mencuat, banyak netizen yang ragu. Kali ini bukan soal penampilan fisik yang kurang, melainkan sebaliknya—Hu Ge dianggap terlalu tampan dan lembut untuk memerankan karakter politisi sakit-sakitan yang penuh intrik. Namun lewat akting yang tajam dan penuh emosi, ia berhasil membuktikan dirinya dan kini peran itu dianggap sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa.
Aktris cantik Dilraba Dilmurat juga sempat diragukan saat terpilih memerankan Li Changge dalam drama The Long Ballad. Lagi-lagi kasusnya adalah dia dianggap terlalu cantik untuk memerankan karakter pejuang tangguh yang menyamar sebagai laki-laki. Namun lewat adegan laga dan perkembangan karakter yang kuat, ia justru menuai pujian.
Zhao Liying juga sempat diragukan saat memerankan Chu Qiao dalam Princess Agents. Ia sebelumnya dikenal dengan citra manis dan imut, sehingga publik meragukan kemampuannya memerankan sosok budak yang kemudian menjadi jenderal pemberontak. Namun Zhao Liying berhasil menembus keraguan itu dan bahkan membentuk image baru yang lebih kuat.
Ketika dia terpilih memerankan Shen Li, raja Langit Biru yang tangguh dan berani dalam The Legend of Shen Li, netizen di China sudah tak lagi meragukan kemampuannya menjiwai karakter tangguh dan kompleks.
Saat Aktor Tahu Batasan
Bila ada bintang yang terlihat “memaksakan diri” mengambil peran yang tidak sesuai secara visual dan gagal, ada pula yang memilih untuk sadar diri. Mereka dengan cermat memilih peran yang sesuai dengan penampilan dan karakteristik mereka.
Aktor seperti Liu Haoran kerap memilih peran sebagai pemuda jujur, cerdas, dan berwajah bersih, yang sesuai dengan citra dan tampilannya. Ia tidak memaksakan diri masuk ke dalam genre atau karakter ekstrem yang terlalu jauh dari kesan publik.
Demikian pula dengan Bai Jingting, yang konsisten mengambil peran-peran kasual dan realistis, sehingga terasa alami dan mudah diterima oleh penonton.
Guo Qilin, yang dikenal dengan kemampuan akting dan persona komikal, sering mengambil peran pendukung atau karakter yang tidak menuntut standar visual tinggi, tapi justru berhasil karena kharismanya yang otentik.
Aktris seperti Zhou Yutong, dengan citra tomboi dan modern, sering memilih peran perempuan independen atau berjiwa bebas. Sementara Tan Songyun, dengan wajah imut dan aura ceria, kerap bermain dalam drama seperti Go Ahead atau Under the Power, tanpa memaksakan diri pada karakter glamor atau dewasa sebelum waktunya.
Aktris seperti Yan Ni, yang lebih dikenal lewat peran ibu atau karakter matang, tidak mencoba bermain dalam peran-peran romantis muda, dan justru dihargai karena konsistensi serta kecocokannya dengan karakter yang ia pilih.
Langkah seperti ini sering mendapat pujian karena menunjukkan kesadaran diri dan profesionalisme, serta memungkinkan pertumbuhan karier secara bertahap tanpa memancing ekspektasi yang tidak realistis.
Keseimbangan adalah Kunci
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa dalam genre seperti wuxia dan xianxia, akting yang bagus saja belum tentu cukup—penampilan visual juga berperan besar. Penonton menginginkan keseimbangan antara keduanya: wajah yang sesuai dengan imajinasi karakter dan akting yang cukup kuat untuk menghidupkannya.
Tim produksi sebaiknya melakukan casting dengan lebih hati-hati dan menghargai ekspektasi penggemar, terutama untuk karya yang sudah punya tempat khusus di hati publik. Sementara itu, aktor dan aktris juga perlu menyadari kapan mereka cocok untuk sebuah peran, dan kapan lebih baik menunggu kesempatan yang lebih pas.
Dalam dunia drama visual, penampilan dan akting bukan dua hal yang harus bersaing—melainkan dua elemen yang harus saling melengkapi.