LayarHijau.com — Dua drama yang paling dinanti dalam beberapa waktu terakhir akhirnya memperoleh rating resmi di platform Douban. Namun, alih-alih disambut dengan pujian bulat, skor yang muncul justru memicu perdebatan hangat di kalangan netizen.
Drama kostum legendaris Legend of Zang Hai mendapatkan skor awal 7,1 di Douban pada malam 6 Juni. Yang menarik, lebih dari 300.000 orang telah memberikan penilaian hanya pada tahap awal ini—angka yang tergolong sangat tinggi untuk pemeringkatan pertama. Sementara itu, drama suspense What a Wonderful World memperoleh skor 6,7, dengan lebih dari 60.000 pengguna memberikan rating, tulis Sohu.
Kedua drama ini diklasifikasikan sebagai tipe “D” di Douban, artinya jumlah pemberi rating ekstrem (baik bintang lima maupun bintang satu) relatif kecil, sementara mayoritas pengguna memberi skor bintang tiga atau empat.
Meski demikian, banyak netizen mempertanyakan keadilan sistem rating dan algoritma Douban. Mereka menilai bahwa skor untuk kedua drama tersebut terlalu rendah jika dibandingkan dengan kualitas produksi dan daya tarik masing-masing.
Bacaan Selanjutnya
Tidak mengherankan jika muncul perdebatan, karena kedua drama ini memiliki karakteristik yang unik.
Legend of Zang Hai, yang disutradarai oleh Zheng Xiaolong dan Cao Yiwen serta ditulis oleh Zhao Liuyi, dibintangi oleh Xiao Zhan dan Zhang Jingyi. Drama ini sempat meraih pangsa pasar hingga 40,1%—angka yang menunjukkan antusiasme penonton yang luar biasa. Dengan reputasi pemain utama dan skala produksinya, banyak pihak merasa skor 7,1 terlalu konservatif.
Sementara itu, What a Wonderful World, yang disutradarai dan ditulis oleh Xu Bing serta dibintangi oleh Zhao Liying dan Yin Fang, mengangkat tema yang lebih niche dengan gaya penceritaan yang tidak konvensional. Beberapa penonton mengaku kesulitan memahami jalan ceritanya, dan ulasan terhadap drama ini pun cenderung terpolarisasi.
Apakah skor Douban tersebut memang terlalu rendah atau justru mencerminkan penilaian yang realistis? Tampaknya perdebatan ini akan terus berlanjut, karena netizen dari berbagai kubu memiliki pandangan yang berbeda dan sulit saling diyakinkan.
