Terakhir diperbarui pada 27/05/2020 oleh Timotius Ari
Para penggemar anime di Indonesia mulai bisa menonton Weathering with You sejak minggu lalu di bioskop. Tapi ada momen-momen dalam film animasi karya Makoto Shinkai itu yang mungkin membuat kalian garuk-garuk kepala karena tidak mengerti artinya.
Salah satunya adalah boneka atau kain berwujud putih seperti hantu dengan benang diikat di bagian lehernya. Boneka kain ini terlihat di mana-mana dalam film ini. Mulai dari jendela rumah sakit yang dibasahi hujan deras hingga payung yang ditempeli boneka ini. Bahkan emoji Twitter untuk #WeatheringWithYou adalah bentuk boneka ini. Tapi apa sih boneka ini?
Boneka itu adalah jimat teru teru bōzu, yang memiliki tujuan khusus dalam budaya Jepang, tulis Japan Times. Jimat ini dipercaya bisa menghentikan hujan dan menjamin jika esok hari akan cerah.
Teru teru bōzu secara harfiah diterjemahkan sebagai biksu bersinar bersinar. Jimat ini umumnya dibuat oleh anak-anak dengan kertas tisu dan digantung di sekitar jendela. Ini adalah kerajinan tangan sederhana untuk anak-anak saat mereka terjebak dalam rumah saat hujan deras.
Jepang dikenal untuk musim hujan tahunan yang membawa hujan berawan pada Juni hingga Juli. Musim panas tahun ini mencetak rekor sebagai musim hujan dengan awan terbanyak di Tokyo dalam 129 tahun.
Menurut Tenki.jp, salah satu situs prakiraan cuaca terkenal di Jepang, teru teru bōzu berasal dari Cina pada periode the Heian (794-1185). Ada beberapa legenda di Jepang tentang asal boneka ini. Tapi salah satunya yang paling terkenal adalah tentang seorang biksu yang berjanji dia bisa membuat langit cerah keesokan harinya. Legenda mengatakan jika sang biksu merapal mantra tanpa henti di depan tuan feodal dan dipenggal kepalanya saat dia gagal menghentikan hujan.
Bahkan ada lagu anak-anak tentang Teru Teru bōzu yang mengandung lirik eksplisit. Lirik lagu terakhir diterjemahkan, “Jika esok mendung dan menangis, akan kupotong kepalamu.”
Walau teru teru bōzu memiliki sejarah kelam, boneka kertas itu telah menjadi bagian dari budaya Jepang. Masyarakat di sana akan membayangkan anak-anak yang gelisah ingin bermain di luar daripada seorang biksu yang kehilangan kepalanya.