Terakhir diperbarui pada 06/07/2020 oleh Timotius Ari
Setelah drama Love Designer berakhir penayangannya, pemeran utama drama itu, Johnny Huang diminta untuk merenungkan soal perannya sebagai Song Lin, bos muda dalam perusahaan e-commerce. Berusia 27 tahun, Johnny sendiri juga muda, dan karena pengalamannya dan usianya, dia bisa menemukan banyak kesamaan dengan karakter yang dia perankan.
“Dia tidak seperti CEO yang kalian lihat dalam banyak drama saat ini. Dia sangat muda. Dia tidak selalu memakai setelan jas setiap waktu. Dia memilih hidup lebih fleksibel,” ungkap Johnny dilansir dari 163.com.
Dia beradu akting dengan Dilraba, yang memerankan Zhou Fang, tokoh utama wanita dan pacar Song Lin. Keduanya punya sikap kompetitif dan lidah yang tajam. Saat awal bertemu, keduanya kerap bertengkar. Tapi kesamaan keduanya akhirnya membuat mereka bersama. Chemistry mereka yang kuat menjadi faktor utama yang menarik para penonton untuk menyukai drama itu.
Sekalipun Love Designer mengalami rating yang buruk menjelang pertengahan tayang, akting Johnny sebagai Song Lin diterima dengan baik oleh para penonton. Aktingnya dianggap matang dan dilakukan dengan baik. Johnny tidak berakting berlebihan atau kurang, tapi menunjukkan kontrol yang hati-hati terhadap emosi karakternya. Hal ini dianggap menyegarkan.
Rupanya Johnny sendirilah yang merancang sebagian besar perilaku dan detil kepribadian dari Song Lin. Memang produser dan penulis naskah yang bertanggung jawab menciptakan karakter itu. Tapi sang aktorlah yang bertanggung jawab membawa sosok itu menjadi nyata. “Pertama buat kerangka kerjanya, lalu mulai pikirkan detilnya. Bagaimana karakter ini bereaksi untuk situasi tertentu? Sebagian besar reaksi itu merupakan ciptaan saya dan terjadi dalam pikiran saya. Saya jarang memperoleh input dari sumber luar,” terang Huang Jingyu.
Menurut Jingyu, seorang aktor yang baik adalah seseorang yang berpikir luas dan peka. Kalian perlu memiliki imajinasi yang aktif dan kalian harus punya kemampuan untuk memperluas dan meringkas emosi. Memiliki kesadaran diri adalah sebuah keharusan, karena hal ini akan melindungi pikiran sang aktor supaya tidak diambil alih oleh pikiran karakter yang dia perankan alias tidak terbawa peran.
Sekalipun tidak memiliki image karakter khusus pada dirinya, Jingyu menyadari dia harus keluar dari zona nyaman supaya bisa mengembangkan keterampilannya. Dia memang selalu menikmati peran karakter lucu (karena sesuai dengan sifat aslinya), dia akan fokus pada peran yang lebih serius lebih banyak karena bisa menantang skill aktingnya.
“Saya sebenarnya ingin memerankan seorang bodyguard. Atau semacam pahlawan urban,” katanya.
Tentang penggemar penguntit dan paparazzi
Besar di Kota Dandong, Jingyu terbiasa dengan gaya hidup yang tenang. Dia menghargai kebebasan dan privasinya, itulah sebabnya dia sering mengungkapkan kemarahan dan stres yang dialaminya sebagai public figure. Dia pernah mengkritik paparazzi karena melanggar privasinya. “Kita hidup di dunia nyata, bukan sebuah Truman show,” ungkapnya di Weibo saat itu.
Saat ditanya kenapa dia memilih menulis kalimat itu, Jingyu berkata, “Kita sudah mendedikasikan sebagian besar waktu kita untuk bekerja. Itulah yang kita antisipasi, dan harapkan, untuk memiliki privasi saat kita tidak bekerja.”
Johnny paham jika privasi adalah sesuatu yang harus dikorbankan sebagai selebritis, tapi jika paparazzi dan penggemar sasaeng (penguntit) seringkali melanggar batas membuat dia geram. Dia membandingkan invansi terhadap privasi seseorang seperti orang yang diamati saat dia mengorek hidung. “Saat seseorang mengorek hidungnya di depan umum, dia tidak ingin orang lain melihati dirinya melakukan itu,” tambahnya.
Menjadi selebritis bukanlah hal mudah. Sekalipun dicintai oleh jutaan orang, Jingyu kadang masih merasa kesepian. Demi karirnya, dia harus meninggalkan keluarganya. Saat ditanya tentang orang tuanya, Johnny menjadi emosional dan berkata, “Saat kalian begitu sibuk, begitu lelah dan begitu stres, kalian pasti memikirkan keluarga kalian. Mereka adalah jangkar dalam hidup. Mereka menerangi hidup dan mereka juga alasan kenapa kita bekerja begitu keras.”