Terakhir diperbarui pada 30/04/2022 oleh Timotius Ari
Pachinko adalah sebuah drama Korea yang tayang di Apple TV+, diadaptasi dari novel karya Min Jin Lee dengan judul yang sama. Kisahnya merupakan kisah yang langka yang membahas tentang dampak kebijakan penjajahan Jepang terhadap identitas orang Korea di negara itu. Pada 1910, Korea yang dijajah Jepang merupakan bagian dari ekspansi kekaisaran ke benua Asia Timur. Banyak orang Korea yang menjalani wajib militer untuk mendukung ekonomi Jepang lewat kerja paksa, diambil sebagai budak s*ks oleh tentara, atau dipaksa atau tidak punya pilihan kecuali pergi ke tempat lain karena sudah tidak ada kesempatan hidup di tanah kelahiran mereka. Pada akhir pemerintahan kolonial Jepang pada 1945, tempat yang dulu mereka sebut rumah sudah tidak lagi ada karena Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet membagi Korea menjadi dua zona pendudukan.
Tapi, seperti yang tertulis dalam pembukaan Pachinko, masyarakat Korea tetap bertahan.
Dikisahkan lewat lensa sebuah keluarga selama empat generasi sepanjang 70 tahun, kisah ini diadaptasi oleh Soo Hugh, yang menggambarkan ambisi kekaisaran Jepang untuk terus mempengaruhi orang Korea dan keturunan mereka, dan merupakan kunci dari bagaimana kekerasan kolonialisme terwujud dalam masa modern dalam bentuk diskriminasi yang tetap ada saat ini. Kita bertemu Sunja di Korea pada 1930-an sebagai seorang anak dari pemilik penginapan yang nyaris tidak bisa bertahan. Kehidupannya mengalami perubahan setelah dia bertemu dengan orang Korea yang menjadi anggota yakuza bernama Hansu. Mereka bertahan hidup, tapi hidup masyarakat sat itu sulit di bawah pemerintahan Jepang, di mana sandang pangan untuk masyarakat sedikit dan perlakuan pejabat Jepang yang kasar.

Hidup mereka pindah dengan tergesa-gesa lewat pernikahan yang diatur keluarga setelah Sunja mengandung anak Hansu di luar pernikahan. Tapi saat sampai di Jepang, bukannya mereka menemukan ladang harapan, mereka menjumpai diskriminasi dari militer seperti yang mereka alami di tanah kelahiran mereka. Penolakan banyak tuan tanah untuk menyewakan rumah mereka untuk orang Korea, dan penolakan untuk mempekerjakan orang Korea membuat mereka menjadi target pelecehan. Akhirnya mereka terpaksa tinggal di rumah kumuh.
Pengalaman Sunja, juga momen-momen lain menunjukkan sentimen anti Korea di Jepang. Misalnya pembantaian warga Korea berdasarkan tuduhan tanpa bukti jika mereka menjarah paska gempa bumi the Great Kanto pada 1923, dikisahkan lewat kilas balik. Tapi kisah ini kita lihat utamanya dari mata Solomon, orang Korea generasi ketiga yang tinggal di Jepang. Hidupnya berkebalikan dengan Sunja. Dia adalah lulusan universitas Amerika yang sukses, bekerja di sebuah bank internasional di Jepang. Solomon sedang dalam misi untuk menyelesaikan kesepakatan real estate yang menguntungkan. Salah seorang pemilik rumah, Han Geum-ja adalah wanita Korea tua yang menolak menjual sepetak tanah yang penting untuk menyelesaikan proyek yang sudah digarap lama.