Terakhir diperbarui pada 12/07/2024 oleh Timotius Ari
LayarHijau.com—Film horor yang disutradarai oleh Rizal Mantovani mulai tayang di Netflix. Film itu awalnya berjudul Sangkara. Rizal dikenal masyarakat Indonesia berkat film horor Jelangkung yang disutradarai bersama Jose Poernomo pada 2001. Dia juga menggarap film Kuntilanak pada 2006.
Dengan The Train of Death (Kereta Berdarah), berkat skenario oleh Erwanto Alphadullah, Mantovani mengulang genre pilihannya dengan variasi yang sangat menarik, tulis FarEastFilm. Meskipun premis kemarahan atau balas dendam roh atau setan yang disebabkan oleh pelanggaran manusia umum dalam banyak film horor Indonesia, di sini hal itu sangat tertanam dalam paradigma lingkungan yang melihat alam memberontak terhadap eksploitasi buta manusia demi keuntungan.
Di sisi lain, pengelolaan dan perkembangan mekanik ketegangan diperkuat dalam The Train of Death dengan penggunaan efektif ruang kereta yang terbatas dan terbagi-bagi serta tahap-tahap perjalanannya, yaitu melintasi serangkaian terowongan di mana kehadiran setan mengambil alih.
Tidak lupa elemen penyakit Purnama, yang mengambil nilai sangat spesifik di epilognya. Dirilis di Indonesia pada awal Februari, pada minggu yang sama dengan blockbuster Agak Laen, The Train of Death berhasil melampaui ambang penjualan tiket satu juta yang sangat penting, menempatkannya di antara lima film domestik teratas tahun 2024 untuk sementara waktu, dan mengkonfirmasi nafsu makan penonton Indonesia yang tak terpuaskan untuk horor.
Sinopsis film The Train of Death
Purnama (Hana Malasan) dan Kembang (Zara Leola) adalah dua saudari muda yang menunggu di sebuah stasiun di wilayah Solo untuk perjalanan perdana jalur kereta baru menuju Sangkara Resort, sebuah kompleks wisata yang terletak di tengah hutan.
Perjalanan ini adalah perjalanan pertama Purnama setelah menjalani operasi besar, dan Kembang sangat khawatir tentang kondisi kakaknya. Sambil menunggu keberangkatan, keduanya berkenalan dengan Tekun (Fadly Faisal) yang tampan dan sopan, yang akan menjadi asisten perjalanan mereka, serta menghadiri demonstrasi protes yang dipimpin oleh beberapa wanita. Dia juga diamati dengan perhatian khusus oleh penumpang lain, Ramla (Putri Ayudya).
Begitu perjalanan dimulai, yang juga dihadiri oleh Santoso, pemilik resor, dan Bara, Bupati daerah yang mengawasi pembangunan jalur kereta, pertanda aneh dan penampakan mulai muncul. Roh-roh pohon dan hutan yang ditebang untuk membuka jalur kereta tersebut sebenarnya sedang merencanakan balas dendam mereka.