Terakhir diperbarui pada 16/08/2019 oleh Timotius Ari
Film ini dimulai dengan Yong-nam (Jo Jung-suk), pecundang muda yang kesulitan mencari pekerjaan karena tidak memiliki skill yang menjual. Saat ulang tahun ke-70 ibunya, dia bertemu Ui-ju (Im Yoon-ah), seorang gadis dari klub panjat tebing di kampus yang dia sukai. Dia bekerja di ruang perjamuan di mana pesta ulang tahun ibunya digelar.
Sebuah serangan teroris di dekat bangunan itu membuat gas beracun memenuhi jalanan. Saat gas mulai naik, Yong-nam berusaha membawa keluarganya ke tempat aman.
Awalnya, film ini dianggap akan menjadi film gagal. Sutradara pemula, pemeran utama pria yang sebelumnya memilih peran meragukan, dan mantan bintang K-pop sebagai pemeran utama wanita. Selain itu, film-film bencana di Korea Selatan biasanya tidak laku.
Untungnya sang sutradara tahu apa yang dia lakukan dalam film ini. Film ini ternyata bukanlah film bencana, tapi lebih ke arah aksi komedi. Dan komedinya berhasil, walau perbedaan bahasa dan budaya di Korea dan Indonesia akan membatasi daya tarik film ini.
Jo memerankan peran yang sepertinya dibuat khusus untuk dirinya. Sekalipun sangat berbakat, Jo bukanlah aktor yang memiliki kemampuan berakting yang luas. Tapi saat dia berada di zona nyaman, dia benar-benar bersinar. Contohnya adalah dalam film Architecture 101 atau The Face Reader, tulis Korea Herald.
Sedangkan Yoona, sekalipun tidak berakting buruk, selama ini dia dianggap tidak menawarkan sesuatu yang spesial. Tapi, di sini, wanita cantik itu membuat karakternya hidup dan menawan. Chemistrynya dengan Jo juga bagus.
Sang sutradara sendiri cukup pintar mengatur kecepatan alur cerita. Yoona tidaklah buruk, tapi aktingnya terbatas, terutama karena ini adalah pertama kalinya dia menjadi pemeran utama dalam sebuah film.
Jadi sutradara Lee Sang-geun bergantung pada Jo dan para aktor veteran seperti Go Doo-shim dan Park In-hwan untuk pelan-pelan membangun drama ini. Ui-ju baru masuk ke dalam cerita setelah para penonton nyaman dengan karakter-karakter yang ada. Dan reaksi Jo yang luar biasa dalam adegan mereka membuat hubungan di antara keduanya terasa otentik.
Film ini juga tidak terlalu berlebihan dalam memakai momen sinpa, yaitu momen dramatis dan sangat emosional dalam drama dan film Korea. Paling tidak dalam sebagian besar bagiannya.
Selain itu, fokus film ini patut dipuji. EXIT tidak membanjiri penonton dengan sub cerita atau terlalu banyak karakter. Lee tahu cerita apa yang cocok untuk dua karakter utama kita dan dia hanya fokus pada mereka berdua.
Aksi dalam film juga menegangkan dan menyenangkan, terutama cara film ini mengeksploitasi gedung tinggi di kota untuk menyebar tantangan dan momen lucu di sepanjang film.
Ada beberapa momen yang terkesan murahan, terutama menjelang klimaks dengan beberapa karakter yang tidak penting dan dialog yang malas serta keanehan dalam cerita. Film ini juga kadang mengulang cara yang sama untuk membangun ketegangan.
Tapi untuk setiap cacat dalam film, ada lebih banyak elemen yang lebih bisa dinikmati, dan menunjukkan potensi jika film ini akan menjadi blockbuster musim panas tahun ini.
EXIT tayang di bioskop Indonesia sejak 14 Agustus 2019.