Review KKN di Desa Penari, Sulitnya Angkat Kisah Viral

Ikuti kita di Google News. Donasi mulai dari Rp2.500 di sini

Terakhir diperbarui pada 27/03/2023 oleh Timotius Ari

Penjelasan yang dibutuhkan para penonton awam yang belum pernah membaca cerita SimpleMan malah diletakkan di bagian paling akhir. Itupun detail dan bagian cerita terkait sudah dipotong sehingga dampak yang saya alami saat menontonnya berkurang. Berbeda dari yang saya rasakan saat saya membaca ceritanya. Rasa takut, penasaran dan gelisah akibat membaca cerita itu bisa bertahan sampai berhari-hari bahkan beberapa minggu. Rasanya dampak seperti itu tidak didapatkan saat menonton film ini.

Galeri Video

Kalau menurut saya pribadi, permasalahannya adalah durasi film yang mungkin tidak bisa menampung cerita yang cukup panjang dan rumit. Sepertinya KKN di Desa Penari ini lebih cocok diangkat ke dalam serial TV dibandingkan ke dalam bentuk film. Seandainya kisah ini diangkat ke dalam sebuah serial, pihak produksi bahkan bisa membuat dua versi cerita sesuai yang ditulis oleh SimpleMan. Masing-masing versi bisa dibuat ke dalam satu season. Dengan demikian, kemungkinan ceritanya terpotong lebih kecil. Tim produksi juga bisa lebih kreatif dalam pilihan mereka untuk mengangkat cerita ke dalam bentuk visual.

Supaya ceritanya tetap utuh dan tidak diulur-ulur seperti sinetron, lebih baik lagi jika serial ini digarap untuk ditayangkan di dalam platform streaming.

Satu hal lagi, sinematografi, penggambaran budaya dan karakter manusia dalam film ini adalah sesuatu yang jarang dilihat masyarakat internasional. Mereka mungkin sudah pernah melihat film-film horor Indonesia lain, tapi KKN di Desa Penari menampilkan sesuatu yang lebih lokal dan mungkin akan menarik perhatian masyarakat internasional. Hal ini bisa menjadi pertimbangan untuk pemasaran film atau pembuatan serial TV.

Dibaca 76 kali, 1 kunjungan hari ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top